Sementara itu, tiga serangan udara dari koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat, di sebuah sekolah dekat Raqqa pada Maret tahun lalu telah menewaskan 150 warga sipil atau lima kali lipat dari jumlah yang diakui oleh Pentagon.
Pentagon pada saat itu berasalan bahwa serangannya hanya menewaskan puluhan anggota kelompok Isis, bukan warga sipil.
Tetapi, keterangan Pentagon dibantah oleh tim Komisi PBB, yang tidak menemukan bukti adanya anggota IS di sekolah tempat kejadian. Koalisi Amerika Serikat dianggap telah melanggar hukum internasional karena tidak mengindahkan perlindungan terhadap warga sipil yang mengungsi di sekolah itu sejak 2012.
Komisi itu mendesak semua pihak untuk membuka akses di daerah-daerah perang dan tahanan.
Baca Juga: Lebih dari 2.000 Teroris Ditaklukan dalam Operasi Afrin di Suriah
Laporan komisi PBB didasarkan atas wawancara rahasia dengan 500 orang korban atau saksi mata di luar atau dalam Suriah melalui media sosial.
Pemerintahan Bashar tidak pernah mengizinkan tim komisi memasuki negaranya.
Menurut laporan itu, pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia dengan sasaran gerilyawan di Ghouta timur, termasuk tiga kali penggunaan klorin pada Juli tahun lalu, dan di Harasta pada November.
Sebelumnya, PBB mencatat 33 serangan senjata kimia di Suriah.
Pemerintah Suriah membantah menggunakan senjata kimia dan menyatakan telah menyerahkan semua persediaan mereka setelah menandatangani pakta pelarangan senjata kimia pada 2013. [Antara]
Baca Juga: Gabung ISIS di Suriah, 15 WNI Ditangkap Pasukan Kurdi