Indonesia Darurat Narkoba, Ini Bedanya Jokowi dengan Duterte

Adhitya Himawan Suara.Com
Minggu, 04 Maret 2018 | 13:01 WIB
Indonesia Darurat Narkoba, Ini Bedanya Jokowi dengan Duterte
Presiden Jokowi bertemu Presiden Filipina Rodrigo Duterte di Istana Malacanang, Manila, Filipina. [Foto Laily Rachev - Biro Pers Setpres]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Negeri darurat narkoba sudah sejak beberapa tahun lalu disematkan oleh Presiden Joko Widodo kepada Indonesia.

Meski terasa dan terdengar pahit, namun fakta inilah yang harus ditelan bulat-bulat ketika Indonesia masih menjadi surga bagi sindikat narkoba kelas dunia.

Jokowi memang bukan seperti Duterte di Filipina yang memerintahkan tembak di tempat bagi pelaku kejahatan narkoba.

Mantan Gubernur DKI itu memang tidak memilih pemberantasan narkoba ala Duterte mengingat rezim kekejaman disadarinya akan meninggalkan luka sejarah yang traumatis.

Di sisi lain Indonesia sedang mengalami darurat narkoba yang tak beranjak usai. Tercatat sejak 1971 di era Presiden Soeharto pun Indonesia sudah menyandang predikat ini.

Maka sejak pertama menjabat sebagai Presiden pada 2014, Jokowi selalu menegaskan sikapnya yang jelas terkait perdagangan ilegal narkoba.

Dalam berbagai kesempatan, Jokowi membeberkan data dan fakta terkait narkoba yang terjadi di Indonesia dimana rata-rata 50 orang meninggal setiap hari akibat penyalahgunaan narkoba.

Jika dikalkulasi ada 18.000 jiwa yang meninggal tiap tahunnya. Belum termasuk 4,2 juta orang yang sedang direhabilitasi dan 1,2 juta yang tidak dapat direhabilitasi.

Maka ia pun menetapkan langkah strategis untuk menekan perdagangan narkoba sekaligus memberantas sindikatnya yang menggurita.

Jokowi memilih orang yang memiliki rekam jejak yang kuat, tegas, dan ditakuti dari jajaran kepolisian atau militer untuk membantu pekerjaannya di Badan Narkotika Nasional (BNN).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI