Suara.com - Universitas Gajah Mada kembali mengusulkan rektor pertama mereka, Prof. Dr. M. Sardjito, sebagai pahlawan nasional. Dedikasi dan kontribusi Sardjito dalam bidang kesehatan di masa perjuangan dinilai layak diapresiasi dengan gelar pahlawan nasional.
Menurut Rektor UGM Panut Mulyono, pengusulan Sardjito sudah dilakukan sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun hingga kini belum juga disetujui oleh pihak pemerintah.
"Saat itu sudah sampai ke Presiden (SBY), bersamaan dengan pahlawan nasional Bung Karno dan Bung Hatta saat itu. Sehingga Prof Sardjito saat itu belum diputuskan (mendapatkan gelar pahlawan nasional), karena kan bersamaan dengan yang lain-lain," kata Panut di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Panut menduga, kala itu Pemerintahan SBY belum dapat mengangkat Sardjito sebagai pahlawan nasional karena keterbatasan kuota pengangkatan pahlawan nasional dalam setahun.
Baca Juga: Laksamana Malahayati dan Sedikitnya Perempuan Pahlawan Nasional
Bersambung ke masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, UGM terus berusaha meyakinkan pemerintah bahwa Sardjito benar-benar layak meraih gelar pahlawan nasional.
Cerita-cerita mengenai jejak langkah perjuangan Sardjito di masa hidup, terus dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam naskah akademik ataupun proposal pengusulan namanya sebagai pahlawan nasional.
"Jadi tugas dari UGM bersama-sama dengan Universitan Islam Indonesia adalah mempersiapkan semua persyaratan yang diperlukan, sesuai dengan Undang-undang tentang pengusulan atau peraturan tentang pengusulan gelar pahlawan nasional," tutur Panut.
"Naskah akademik itu hanya sebuah istilah proposal, yang berisi secara komplet tentang data perjuangan beliau. Kemudian hal-hal yang telah diperbuat beliau, serta uraian kita mengapa kita mengusulkan dan kira-kira kelayakannya itu sudah cukup atau belum," Panut menambahkan.
Baca Juga: Kemensos Usulkan 9 Nama Pahlawan Nasional Baru
Sekadar untuk diketahui, Prof. Dr. M. Sardjito adalah sosok yang turut memiliki peran sangat penting bagi Indonesia di masa penjajahan. Sardjito berperan dengan keahlian yang dimilikinya di bidang kesehatan.
Salah satu peran penting Sardjito di masa peperangan kala itu, adalah sebagai penyuplai obat-obatan dan makanan yang sekaligus berfungsi sebagai vaksin dan vitamin bagi para Tentara Nasional Indonesia yang saat itu tengah berperang.
Obat dan makanan buatan Sardjito hingga kini dikenal dengan Biskuit Sardjito.
Nama Sardjito hingga kini digunakan sebagai nama rumah sakit umum terbesar di Yogyakarta, yaitu RS Dr. Sardjito yang terletak di Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogjakarta atau lebih tepatnya di sebelah barat Fakultas Kedokteran UGM.
Prof. Dr. M. Sardjito lahir di Magetan, Jawa Timur, tanggal 13 Agustus 1889 dan wafat pada 5 Mei 1970 di usia 80 tahun.