Konsep tersebut memiliki banyak manfaat bagi pengelola apartemen dalam mengurangi sampah.
Menurut Kadek, dari lima site apartemen yang sudah ada green waste-nya, volume sampahnya mencapai 3.030 meter kubik per bulan.
"Dari jumlah itu, setengahnya bisa kami olah menjadi kompos, lalu ada juga yang di daur ulang menjadi biji plastik. Jadi sisanya sedikit sekali yang dibawa ke Bantar Gebang," katanya.
Tak hanya menekan jumlah sampah, program "green waste" yang diterapan oleh ICM pun mampu memberikan pekerjaan kepada para pemulung yang bertugas untuk memilah sampah organik dan anorganik.
Baca Juga: Selepas Pensiun, Liliyana Natsir Ingin Fokus Berbisnis Ini
Seluruh hasil pemilahan sampah anorganik, seperti plastik dijual oleh pemulung kepada pengepul untuk kemudian diolah menjadi produk daur ulang. Uang yang dihasilkan dari penjualan tersebut seluruhnya diberikan kepada pemulung.
Sedangkan untuk sampah organik diolah menjadi kompos padat, kompos cair, dan gas metana. Kompos padat digunakan untuk pupuk tanaman, sedangkan gas metana yang saat ini skalanya masih sangat kecil, baru dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak.
"Selain 'green waste', kami juga menjadi kawasan hunian dan komersial pertama yang membentuk dan menjalankan program bank sampah sesuai Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah," katanya. [Antara]