Bambang Soesatyo Diangkat Jadi Warga Muhammadiyah, Apa Alasannya?

Ardi Mandiri Suara.Com
Minggu, 25 Februari 2018 | 19:12 WIB
Bambang Soesatyo Diangkat Jadi Warga Muhammadiyah, Apa Alasannya?
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (19/1/2018). [Suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo diangkat menjadi warga Muhammadiyah karena pemikiran, visi, dan misinya dinilai sejalan dengan visi dan misi Muhammadiyah.

Penganugerahan status warga Muhammadiyah untuk Bambang Soesatyo dilakukan secara spontan pada acara peresmian Grha Suara Muhammadiyah di Yogyakarta, Minggu, yakni dipakaikan baju batik warna hijau dan syal warna merah bertuliskan Suara Muhammadiyah.

Hadir dalam acara tersebut, antara lain, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Buya Ahmad Syafii Maarif, Menkominfo Rudiantara, Mendikbud Muhadjir Effendy, anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Mukhamad Misbakhun, anggota Fraksi Nasdem DPR RI Ahmad Syahroni, Ketua Umum PP Aisyah Nurjanah, Kapolda D.I. Yogyakarta  Brigjen Pol Ahmad Dofiri, dan mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas.

"Saya sangat bangga menjadi bagian dari keluarga besar Muhammadiyah. Walaupun baru hari ini (Minggu) saya dipakaikan baju batik resmi Muhammadiyah," kata Bambang Soesatyo saat menyampaikan kata sambutan pada kegiatan tersebut seperti dikutip melalui siaran persnya.

Baca Juga: Uji Coba Lawan Singapura, Luis Milla Berencana Bawa Evan Dimas

Bamsoet, panggilan Bambang Soesatyo, pada kesempatan itu menyampaikan kegalauannya melihat perkembangan praktik demokrasi saat ini yang semakin tidak menggembirakan dan berpotensi mengancam persatuan Indonesia dan eksistensi bangsa.

Kegalauan yang menjadi sorotan Bamsoet adalah adanya praktik transaksional dalam pelaksanaan pilkada serentak.

"Saya meminta secara khusus agar Muhammadiyah mengkaji kembali sistem pemilihan langsung dalam demokrasi kita, terutama dalam pilkada langsung. Apakah lebih banyak mudaratnya atau manfaatnya bagi rakyat," katanya.

Politisi Partai Golkar ini menambahkan, jika demokrasi transaksional yang tak terkendali ini terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin suatu saat Indonesia akan dikuasai para pemilik modal baik langsung maupun tidak langsung.

"Bisa jadi pada 10 tahun atau 20 tahun ke depan, kita tidak lagi punya presiden yang namanya berakhiran huruf O, seperti Soekarno, Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo. Karena peran para pemodal semakin mendominasi," kata Bamsoet.

Baca Juga: Mengerikan, Balita Terjepit Eskalator di Pusat Grosir Surabaya

Kemudian, perihal peresmian gedung Graha Suara Muhammadiyah, Bamsoet berharap sarana itu makin memajukan Suara Muhammadiyah sebagai media kebanggaan dari seluruh organisasi kemasyarakatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan.

Bamsoet yang pernah berprofesi sebagai wartawan menambahkan, tantangan bagi bisnis media di era digital saat ini makin berat. "Media konvensional tidak sedikit yang gulung tikar karena tidak dapat menyesuaikan perubahan zaman. Saya angkat topi karena Suara Muhammadiyah yang sudah berusia 103 tahun tetap bertahan dan menjadi media terlama yang masih terbit," ujar Bamsoet.

Bamsoet juga berpesan agar Suara Muhammadiyah tidak berhenti berikhtiar dan melakukan terobosan untuk pembangunan bangsa.

Apalagi, Suara Muhammadiyah juga menerima penghargaan sebagai Media Dakwah Perjuangan Kemerdekaan RI dalam Bahasa Indonesia pada Hari Pers Nasional 2018. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI