Suara.com - Seorang pemuda berinisial B (24) terpaksa digelandang anggota polisi ke Polsek Pancoran, karena nyaris dikeroyok massa.
Ia nyaris dikeroyok setelah gerak geriknya dicurigai warga hendak melakukan aksi kejahatan. Sesaat sebelumnya, B sedang mondar-mandir di dekat Pondok Pesantren Daarul Ishlah, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (22/2/2018) malam.
Gerak gerik pria itu dicurigai warga setelah marak isu penculikan kiai yang merebak di media sosial. Bahkan, isu tersebut menuduh aksi penculikan pemuka agama didalangi anggota Partai Komunis Indonesia.
"Dia (Bustomi) kami amankan. Dia tidak memukuli siapa pun dan juga tak diamuk massa. Dia tidak masuk ke dalam, hanya mondar-mandir di jalan raya itu," kata Kapolsek Pancoran Komisaris M Budiyono saat dikonfirmasi, Jumat (23/2/2018).
Baca Juga: Kronologis Penangkapan Rizal Djibran karena Narkoba
Menurut Budiyono, awalnya Bustoni dicurigai warga saat sedang berjalan di depan Sekolah Menengah Atas Sultan Hasanudin.
Karena dianggap bukan warga sekitar, sejumlah warga membunti Bustoni. Saat itu, langkah Bustoni sempat diberhentikan dan warga mempertanyakan tujuannya. Namun, laki-laki itu tak menjawab.
"Ditanyakan soal didentitas, namun (Bustomi) terlihat cengar-cengir seperti orang tidak waras. Saat diperiksa warga, tidak ditemukan juga identitas diri (Bustomi)," kata Budiyono.
Ketika dinterogasi, banyak warga yang berdatangan. Karena khawatir menjadi korban amukan warga, akhirnya B diamankan ke rumah Ketua RW setempat.
Setelah mendapat laporan, anggota polisi mulai datang untuk membawa Bustoni ke kantor polisi.
Baca Juga: Hargianto Tertantang Jalani Musim Baru Bersama Bhayangkara FC
"Saat diperiksa, dia mengaku tinggal di Tebet. Kemudian kami telusuri," tuturnya.
Selain itu, polisi juga telah memeriksa keluarga B. Berdasarkan keterangan keluarga, B dinyatakan memiliki gangguan jiwa sejak dua tahun lalu.
"Memang mengidap gangguan kejiwaan sejak 2016," ungkapnya.
Namun, polisi tak langsung melepaskan pemuda tersebut. Agar mendapatkan keterangan medis, akhirnya B dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan observasi kejiwaan.
Razia Rutin Orang Gila
Terkait hal tersebut, Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Mursyidin menyampaikan, pihaknya rutin melaksanakan razia dalam mengantisipasi orang yang mengidap gangguan jiwa masih berkeliaran di jalan raya.
Bahkan, Mursyidin mengakui ada atau tidaknya isu yang berkembang di masyarakat soal penyerangan kyai oleh orang gila, petugas setiap hari menyisir jalanan untuk mengamankan warga yang diduga mengalami gangguan atau stres berat.
"Kalau saya kan setiap hari ada petugas di lapangan yang menghalau hal-hal tersebut. Tidak terlepas ada atau tidaknya isu penyerangan itu, kami sudah bertindak di lapangan," terangnya.
Menurutnya, operasi terhadap orang gila di Jakarta Selatan juga kerap melibatkan polisi. Namun, razia gabungan itu dilakukan hanya dalam waktu tertentu.
"Kalau melibatkan polisi sih kita periodik ya. Bukannya setiap hari. Ada waktu tertentu kami minta rekan-rekan polisi untuk membantu di lapangan. Itu juga dilakukan setelah kami operasi juga," jelasnya.
Namun, Mursyidin belum bisa membeberkan berapa total orang gila yang sudah diamanakan pasca merebaknya isu di medsos.
Dia hanya memastikan, setiap hari ada saja petugas yang mengamankan pengidap gangguan kejiwaan di jalan raya.
"Ya ada saja (yang diamankan). Kalau di kami disebut ODMK. Orang dengan masalah kejiwaan. Tapi secara data saya belum hafal," tandasnya.