BNPB: Bencana Longsor Brebes Bukan karena Pembalakan Liar

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 23 Februari 2018 | 17:37 WIB
BNPB: Bencana Longsor Brebes Bukan karena Pembalakan Liar
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan kepada wartawan terkait bencana longsor di Desa Pasir Panjang, Kabupaten Berebes, Jakarta, Jumat (23/2).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana memastikan, bencana tanah longsor di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang memakan 7 korban jiwa murni fenomena alam.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, titik bencana yang terjadi pada Kamis (22/2) itu berada di hutan produksi milik Perhutani.

Persisnya, kata dia, di hutan pinus yang topografinya berkontur perbukitan dan kemiringan lereang terbilang curam.

“Mahkota longsor terletak di hutan produksi milik perhutani BKPH Salem petak 26 RPH Babakan. Kondisinya perbukitan dengan lereng agak curam. Berdasarkan Peta potensi rawan longsor se-Indonesia daerah, ini masuk dalam potensi rawan longsor. Kalau ada curah hujan diatas normal, potensi longsornya tinggi,” tutur Sutopo, Jumat (23/2/2018).

Baca Juga: 8 Kiat Hemat Biaya Pernikahan Tapi Resepsinya Tetap Romantis

Dua pekan sebelum longsor, kata dia, curah hujan di kawasan itu terbilang tinggi sehingga sudah memunculkan tanda-tanda tanah longsor.

Tanda-tanda itu berupa mata air rembebasan yang mampat di lereng kawasan tersebut. Sementara pada Kamis pagi sekitar pukul 08.45 WIB, baru terjadi longsor.

Luas longsoran tanah mencapai 16,8 hektare. Sedangkan panjang longsoran dari mahkota longsor sampai titik terakhir sekitar 1 kilometer.

“Sementara lebar longsor di titik teratas mencapai 120 meter, sedangkan lebar bagian bawah 240 meter dengan ketebalan 5-20 meter. Volume longsor itu diperkiraan mencapai 1,5 juta meter kubik,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, tak ada permukiman di sepanjang lintasan longsor. Karenanya, ia menegaskan bencana itu tak terkait aktivitas pembalakan liar.

Baca Juga: Jogja dan Epos Revolusi Kemerdekaan yang Berawal dari Dapur

“Jadi, yang perlu dipahami, hutan yang bagus bisa terjadi longsor, apalagi kalau daerah hutan daerah resapan air berubah menjadi permukiman, maka potensi longsornya semakin tinggi,” tandasnya. [Priscilla Trisna]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI