Bagi mereka, banyaknya jumlah orang yang menghadiri upacara pemakaman, bakal memudahkan almarhum di akhirat.
Karena tujuan itulah, bagi keluarga yang akan menggelar pemakaman maupun pernikahan berani membayar upah lebih tinggi kepada penari striptis.
Beijing kali pertama melarang pementasan striptis dalam upacara pemakaman pada tahun 2015, setelah dua kasus di mana penari eksotis melakukan "pertunjukan cabul".
Pada pemakaman di provinsi Hebei, dua penari telanjang "mengenakan pakaian yang terbuka menari-nari di atas panggung di lapangan umum di desa kami di malam hari," kata seorang saksi mata saat itu.
Baca Juga: Waskita Karya Libatkan Pakar Selidiki Insiden Proyek Tol Becakayu
Pihak berwenang juga menahan enam penari eksotis, saat pemakaman seorang warga tua di Handan.
Lima orang ditahan di Jiangsu pada 2006, karena "pertunjukan cabul" menyusul aksi striptis di pemakaman seorang petani, di mana 200 orang dikatakan hadir.
Salah satu ahli yang dikutip dalam laporan Global Times menyebutkan, ada warga yang memercayai penari striptis lekat dengan tarian erotis arkais dalam penyembahan dewi kesuburan.
"Pada sejumlah budaya lokal, menari dengan elemen erotis dapat digunakan untuk menyampaikan keinginan almarhum," kata Huang Jianxing, seorang profesor universitas.
"Saya tidak menganggap pertunjukan striptis sebagai 'sampah budaya pedesaan tradisional'. Ini memiliki warisan peradaban lokal, "tambahnya.
Baca Juga: Kembali ke KPK, Cerita Novel Baswedan Dinanti Polisi
"Alih-alih hanya mengutuk mereka, lebih penting bagi pihak berwenang untuk memberi orang-orang pedesaan produk budaya yang lebih baik."