1.200 Anjing Dibantai per Hari, Solo Surga Kuliner Gukguk

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 21 Februari 2018 | 20:07 WIB
1.200  Anjing Dibantai per Hari, Solo Surga Kuliner Gukguk
PKL yang menjual sate jamu dan rica-rica guk-guk. [Dok/JIBI/Solopos]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski para aktivis hak asasi binatang menggencarkan kampanye agar anjing tak lagi dibantai untuk dijadikan makanan, ternyata kuliner daging hasil olahan tersebut tetap menjamur di Indonesia.

Setidaknya, kuliner olahan daging anjing biasa disebut masakan gukguk, sengsu, wedhus balap, satai jamu, rica jamu, hingga Scoobydoo mudah didapati di Kota Solo dan sekitarnya.

Biasanya, seperti hasil penulusuran tim Solopos—jaringan Suara.com, kuliner gukguk ini dijual di warung-warung tenda kaki lima di jalan-jalan besar Kota Solo.

Hasil pengamatan Komunitas Sahabat Anjing Surakarta–komunitas peduli anjing–mencatat ada 100 warung kuliner gukguk di Kota Solo.

Baca Juga: Elly Sugigi Curhat Digebuki Eks Suami

Satu warung bisa menyembelih 12 ekor anjing per hari, tergantung laris tidaknya warung tersebut.  Bila dirata-rata, maka ada sekitar 1.200 anjing yang dibantai untuk dijadikan olahan kuliner per hari.

“Kami [Sahabat Anjing Surakarta] berjuang sejak 2012. Tetapi kami tidak langsung terjun ke lapangan. Kami mengamati dahulu, apa yang terjadi di Kota Solo dan apa yang harus kami lakukan di sini. Akhirnya kami memberi nama Sahabat Anjing Surakarta pada Agustus 2016,” kata Ketua Sahabat Anjing Surakarta, Mustika Chendra Purnomo yang sering disapa Meme kepada Solopos.com, Kamis (1/2/2018).

Saat itu, Meme bersama pengurus lainnya, yaitu Fredy, Corry, Ricky, dan Rykha meriung di Cafedangan, Manahan.

Maraknya perdagangan daging anjing untuk makanan membuat para pencinta satwa, khususnya anjing menjadi gemas. Para aktivis itu menilai daging anjing tak wajar untuk dikonsumsi.

Anjing bukan termasuk hewan ternak, melainkan peliharaan yang lucu dan setia. Selain itu, mereka tidak tahan melihat penyiksaan terhadap hewan yang dibunuh. Mereka membuat kelompok yang disebut Sahabat Anjing Surakarta.

Baca Juga: Belum Mau Teken UU MD3, Jokowi: Semua Tak Mau Demokrasi Mundur

“Saya dulu saat jalan-jalan sama anjing saya, bertemu dengan salah satu pedagang [daging anjing] yang sedang jalan-jalan juga dengan anjingnya. Saat itu saya bertanya dan dijawab satu hari itu sampai 50 ekor anjing yang dibunuh. Entah itu dibagi hanya satu warung atau dengan cabangnya. Saya tidak tanya lebih lanjut karena takut dia mencurigai saya,” ujar imbuh Corry.

Makanan berbahan baku daging anjing bisa dikemas beragam rasa. Ada satai jamu, rica-cica, dan tongseng. Beberapa tahun lalu, warung satai jamu tidak ada gambar anjing.

Kini, warung ini wajib memasang gambar anjing biar orang tak salah membeli. Terkadang, orang tak tahu satai jamu itu berbahan daging anjing. Dikiranya daging kambing seperti biasanya. Maraknya warung satai jamu maupun rica-cica guguk disebabkan permintaan juga tinggi.

Setiap tahun warung bertambah. Konsumennya pun tidak kalah banyak. Malah di zaman digital ini, masakan daging anjing dijual secara online. Ada warung yang melayani order melalui ojek berbasis aplikasi online.

Dian, warga Jakarta yang tengah berlibur ke Solo pun penasaran dengan kuliner gukguk ini.

“Aku diceritain temen di Solo ini kuliner gukguknya enak-enak ya. Dan mudah banget nyarinya ya. Mumpung di Solo makanya nyoba,” ujar Dian kepada Solopos.com.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI