Suara.com - Program biopori ukuran jumbo dalam program Kampung Iklim Bebas Banjir di 300 pemukiman warga Kota Tangerang sejak pertengahan tahun lalu diklaim berhasil mengatasi masalah genangan saat musim hujan.
"Genangan yang selama ini menjadi masalah saat musim penghujan tiba, kini telah terselesaikan dari upaya warga sendiri yang secara mandiri membuat lubang biopori berukuran jumbo di lingkungan rumahnya," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tangerang Engkos Zarkasyih di Tangerang, Sabtu (17/2/2018).
Program Kampung Iklim Bebas Banjir memiliki 11 kegiatan, yakni Urban Farming, Penghijauan, Penghematan Energi, Sumur Resapan, Biopori, Penataan Lingkungan, Pengolahan Air Limbah, Bank Sampah, Pengurangan Sampah Di Sumber (3R), Komposting dan Tanaman Obat Keluarga (Toga).
Pembuatan biopori dalam program itu berbeda karena lebih besar dari yang biasanya berukuran 10 centimeter kini menjadi 30 centimeter. Tujuannya mengurangi genangan ketika hujan turun.
Baca Juga: Hujan dan Banjir, Air di Brunei Mendadak Menguning
"Program biopori telah efektif mengatasi genangan di pemukiman warga, seperti di Gerendeng Pulo. Biasanya terjadi genangan mencapai 30 centimeter, kini sudah tidak lagi berkat warga membuat biopori," ujarnya.
Lubang biopori menjadi tempat resapan air hujan ke dalam tanah dan mengurangi genangan. Program itu akan terus ditingkatkan namun dengan diameter lubang lebih besar.
Pemkot Tangerang telah mencanangkan pembuatan sejuta biopori mulai dari pemukiman, sekolah, hingga kantor pemerintahan yang semunya melibatkan warga.
Penanganan banjir lainnya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang pada tahun ini dengan membangun embung di Kecamatan Karang Tengah senilai Rp2 Miliar.
Masalah banjir yang biasanya merendam pemukiman warga karena limpasan air dari Kali Angke, ditargetkan terselesaikan pada tahun ini.
Baca Juga: 5 Tips Lindungi Gadget dan Barang Elektronik dari Banjir
Sementara itu, Kepala Bidang Tata Air Dinas PU dan Tata Ruang Kota Tangerang Taufik Syahzeni menjelaskan embung sebagai tempat penampungan air sementara. Ketika terjadi limpasan air dari Kali Angke maupun debit air yang tinggi akibat curah hujan, katanya, air bisa ditampung di embung tersebut.