Suara.com - Suliyono ternyata sempat berinteraksi dengan warga Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sebelum menyerang Gereja Katolik Roma Santa Lidwina yang berada di daerah tersebut.
Supini, warga setempat, mengatakan Suliyono tinggal di Musala An Nur pada Sabtu (10/2) sore pekan lalu, atau sehari menjelang penyerangan.
Pemuda berusia 22 tahun itu bahkan sempat meminta didoakan sejumlah warga jemaah musala tersebut.
Karena rumah Supini berdekatan dengan musala, polisi pun sempat meminta rekaman CCTV rumanya untuk membuktikan keberadaan Suliyono sebelum melakukan penyerangan.
Baca Juga: Hattrick! Cerita 3 Bupati Subang Terlibat Korupsi
Supini menceritakan, ketika Sabtu malam saat Isya, Suliyono sempat sedikit berbincang kepada warga jemaah yang ada di musala.
Saat ditanya warga, Suliyono mengakui sebagai orang Banyuwangi dan akan pulang ke Banyuwangi. Kemudian setelah itu, Suliyono juga sempat meminta doa kepada salah satu warga.
“Dia mendoakan Mbah Paijem. Mbah mugi-mugi tak doakan panjang umur, jenengan niku lak golek ridho Allah to [anda itu mencari ridha Allah kan]. Kula nggih golek ridone Allah [saya juga mencari rida Allah]. Kula nggih didoake ngih panjang umur sehat, selamet [Saya juga didoakan ya, panjang umur, sehat dan selamat]. Eh tahu-tahu paginya langsung menyerang itu,” ungkap Supini, ditemui Harianjogja.com—jaringan Suara.com, Selasa (13/2/2018).
Untuk diketahui, Minggu (11/2), DIY dan Indonesia dikejutkan oleh serangan membabi buta seorang pria bersenjata pedang di Gereja St Lidwina Bedog, Sleman.
Akibatnya, satu orang pastur, tiga orang jemaat gereja dan satu polisi terluka. Tiga korban, yakni Budijono, Romo Prier dan Yohanes Triyanto hingga saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih.
Baca Juga: Harapkan Dukungan Suporter, Bali United Siap Melaju ke Final
Sementara satu korban lainnya, Martinus Parmadi Subiantara sudah diperbolehkan pulang tak lama seusai kejadian.