Suara.com - Paras asli warga Daerah Istimewa Yogyakarta kembali tampak, setelah sempat dirusak oleh Suliyono yang meneror misa Gereja Santa Lidwina Bedog, Kabupaten Sleman, Minggu (11/2/2018) pagi.
Suliyono, pemuda berusia 23 tahun asal Banyuwangi, Jawa Timur, membacok jemaat, polisi, serta pastor di gereja tersebut.
Setelah insiden yang melukai empat orang tersebut, Senin (12/2/2018), area gereja tersebut tengah dibersihkan. Pasalnya, terdapat noda darah korban yang tercecer di lantai gereja.
Tak hanya itu, gereja tersebut juga kotor oleh serpihan patung-patung dan perabotan yang dihancurkan oleh Suliyono.
Baca Juga: Sandiaga Jadi Jurkam saat Libur, PDIP: Kerja Nyatanya Ditunggu
Uniknya, pembersihan gereja tersebut tak hanya dilakukan oleh jemaat, melainkan dibantu warga yang Muslim.
Setidaknya, satu muslimah berjilbab terpotret ikut menyapu serpihan yang terserak di dalam gereja. Foto perempuan itu viral di media-media sosial.
“Seorang muslimah sedang bersihkan Gereja Santa Lidwina Sleman DIY yang diserang teroris Ahad kemarin. Harapan itu masih ada! Jaga kerukunan! #KitaInisama" tulis warganet @Alfanny1926 di Twitter, Senin (12/2).
Seorang muslimah sedang bersihkan Gereja Santa Lidwina Sleman DIY yang diserang teroris Ahad kemarin. Harapan itu masih ada! Jaga kerukunan! #KitaInisama pic.twitter.com/YberrK7JOQ
— Ansor1_Jakbar (@Alfanny1926) February 12, 2018
Akun itu juga menyertakan foto perempuan yang belakangan diketahui bernama Jirhasani.
Baca Juga: KPK Resmi Tetapkan Bupati Ngada sebagai Tersangka Suap
Sosok muslimah berjihab tersebut diketahui bernama Jirharsani. Berdasarkan informasi yang terhimpun, Jirharsani mendatangi gereja itu bersama sang suami, untuk ikut melakukan pembersihan.
Jirharsani adalah warga Nogotirto Sleman. Rumahnya persis bertetangga dengan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif. Suaminya adalah dokter anestesi di PKU Muhammadiyah Bantul.
Sebelumnya, beberapa jam setelah insiden itu, Buya Syafii turut mendatangi gereja yang berada di Jalan Jambon Trihanggo Nomor 3 Gamping, Kabupaten Sleman, tersebut.
Ia mengakui kecewa berat atas peristiwa penyerangan umat Katolik yang tengah beribadah. Buya Sayafii menegaskan, aparat kepolisian harus mengusut tuntas kasus tersebut.
”Harus diusut, apa ada kelompok atau pelaku hanya sendirian bergerak. Saya benar-benar kecewa,” tuturnya.
Ia juga mengakui tak habis pikir, peristiwa itu mengoyak situasi kondusif yang selama ini tercipta di Sleman.