Suliyono Penyerang Gereja St Lidwina Ikrar Ingin Nikahi Bidadari

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 12 Februari 2018 | 07:39 WIB
Suliyono Penyerang Gereja St Lidwina Ikrar Ingin Nikahi Bidadari
Suliyono saat menyerang jemaat Gereja Katolik Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, saat misa, Minggu (11/2/2018) pagi. [Dok.Gereja St Lidwina Bedog]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mau Nikahi Bidadari

Firman mengakui, polisi masih bekerja keras untuk mengungkap motif dibalik penyerangan tersebut. Ia mengatakan, pihaknya akan cepat menuntaskan kasus tersebut.

"Dia warga Banyuwangi, bukan asli Sleman. Di Yogyakarta, pelaku diketahui selalu berpindah-pindah tempat tinggal, itu keterangan yang sementara berhasil kami dapatkan," kata Firman.

Hasil pemeriksaan sementara, lokasi tinggal pelaku Suliono tidak jelas. Tempat tinggalnya berpindah pindah.

Baca Juga: Newcastle Tekuk Manchester United, Benitez Puji Performa Dubravka

Sementara nun jauh di Banyuwangi, persisnya di kampung halaman Suliyono, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, sang ayah mengungkapkan kecenderungan mistik si anak.

"Terakhir berkomunikasi melalui telepon. Dia cuma menanyakan kabar saya dan keluarga," kata Mistaji (58), ayah Suliyono.

Ia mengakui, sempat meminta buah hatinya itu pulang ke kampung halaman. Tapi, Suliyono mentah-mentah menolak permintaan sang ayah.

"Saya juga sempat meminta dia segera menikah. Dia justru menjawab mau menikah dengan bidadari. Ya, dia juga bilang mau menyelesaikan pelajarannya agamanya dulu di pondok," terangnya.

Jangan Terprovokasi

Baca Juga: Myanmar Akan Tindak Tentara Terlibat Pembunuhan Warga Rohingya

Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubyatmoko menyesalkan insiden penyerangan terhadap jemaat Gereja Katolik Santa Lidwina.

Kendati demikian, lelaki yang akrab disapa Romo Ruby itu meminta kepada seluruh umat Katolik agar tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi terhadap aksi itu.

Romo Ruby meminta seluruh umat dan warga Yogya tidak terprovokasi dengan insiden penyerangan gereja itu.

Dalam keterangan resmi melalui aplikasi Whatsapp messenger (WA) yag dikutip Madiunpos, Romo Ruby meminta insiden itu dijadikan pelajaran agar tetap menjaga suasana aman dan damai di Indonesia.

Para Romo lan para kadang ingkang kula tresnani. Mangga ngadhepi kahanan ing Ngayojakarta kanthi manah ingkang adhem [Para Rama dan teman yang saya cintai. Mari menghadapi keadaan di Jogja dengan sikap yang damai,” tulis Romo Ruby dalam bahasa Jawa.

Romo Ruby juga mendorong pemerintah setempat untuk menyelesiakan kasus tersebut. Ia juga mengajak umat Katolik untuk tetap sabar dan melanjutkan aktivitas seperti biasa.

Sampun ngantos umat lan masyarakat sami papudon tanpa jluntrung. Ugi sampun ngantos pasamuwan suci diedu kaliyan pemerintah. Pramila kula ngajak Panjenengan sedaya kangge lerem manahipun,” kata Romo Ruby.

Sultan Sedih

Kesedihan juga dirasakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, setelah Gereja St Lidwina diserang.

"Saya sangat sedih dan menyesali kenapa ini mesti terjadi. Bagi saya ini peristiwa yang tidak boleh terjadi lagi," kata Sultan seusai menjenguk tiga korban di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, Minggu malam seperti dikutip dari Antara.

Menurut Sultan, aksi penyerangan itu sama sekali tidak mencerminkan karakter asli warga Yogyakarta. Pasalnya, kerja sama dan gotong royong antarsesama warga selama ini telah menjadi budaya yang terus dirawat di Kota Gudeg itu.

"Saya tidak memahami dan tidak mengerti kenapa ada perbuatan yang keji tanpa ada rasa kemanusiaan. Jelas itu bukan karakter kita warga Yogyakarta," kata Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini.

Sultan mengatakan, toleransi antarumat beragama tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan memerlukan kesadaran bersama. Dengan kesadaran itu semestinya semua pihak bisa saling menjaga satu sama lain.

"Khususnya bagi warga masyarakat Katolik maupun korban, saya mohon maaf. Biarpun kami sudah koordinasi dengan aparat keamanan tetapi peristiwa itu tetap terjadi," kata dia.

Menindaklanjuti peristiwa itu, Sultan mengaku telah menggelar rapat koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

Melalui rapat koordinasi itu ia meminta para pimpinan daerah, Forum Kerukuman Umat Beragama (FKUB), serta organisasi masyarakat untuk menjamin kejadian serupa tidak terulang kembali.

"Bahwa kita sudah sepakat apa pun perbedaan agama yang diyakini harus saling dihargai. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus bisa menjamin kebebasan dalam melaksanakan ibadah," tandasnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI