“Lagi pula, waktu itu, bapak saya tidak meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” tutur Wahyu, yang juga berprofesi sebagai sopir angkot di daerah Lembang.
“Waktu itu saya berusia kira-kira 8 tahun. Bapak saya memang sopir oplet Subang–Bandung. Ketika itu kemungkinan remnya blong, kemudian opletnya menabrak tebing, terbalik kemudian terbakar. Seingat saya cuma 2 orang yang selamat waktu itu,” tuturnya.
Setelah wafat di RS, jenazah Emen dikuburkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.
Masih Didalami
Baca Juga: Aguero Mengamuk, City Pesta Gol di Etihad
Dirlantas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Prahoro Tri Wahyono berharap, semua pihak tak berspekulasi mengenai kecelakaan maut di Tanjakan Emen pada Sabtu sore.
Ia mengatakan, polisi masih mendalami penyebab insiden kecelakaan tersebut.
"Kami masih melakukan pendalaman mengenai penyebab kecelakaan tersebut," ujar Tri Wahyono melalui telepon seluler kepada Antara.
Menurutnya, berdasarkan laporan sementara, ketika melewati turunan Cicenang atau lebih dikenal dengan nama tanjakan Emen, bus itu mendadak oleng ke kanan dan menabrak sepeda motor. Bus kemudian oleng ke kiri menabrak tebing dan terguling.
Sementara pantauan di lapangan, terdapat fakta bahwa kecelakaan kerap terjadi karena banyak sopir yang belum piawai melewati turunan dan tanakan daerah tersebut. Terutama bagi mereka yang baru kali pertama melintasi kawasan tersebut.
Baca Juga: Protes Israel, Yahudi Swedia Jalan Kaki ke Palestina
Apalagi kontur tanjakan sepanjanga 3 kilometer itu terbilang ekstrem, karena memiliki kemiringan sampai 50 derajat.
Tak hanya itu, Tanjakan Emen juga memunyai tikungan-tikungan tajam, sehingga menyulitkan sopir yang belum piawai atau menguasai medan.