Suara.com - Pemuda 25 tahun asal dari Swedia melakukan perjalanan dari negaranya ke Palestina, untuk menyerukan kesadaran masyarakat terkait pelanggaran HAM di wilayah yang diduduki Israel tersebut.
Benjamin Ladraa, aktivis dari Swedia tersebut, mengatakan dirinya tergerak setelah berkunjung ke Palestina selama tiga minggu pada April tahun 2017.
“Saya terkejut dengan apa yang saya lihat di sana, melihat tembok pembatas dan tentara membawa senjata mesin M-60 di sepanjang jalan. Saya juga mendengar cerita tentang 300 anak yang dipenjara, diperkosa di rumahnya,” ujar Ladraa, seperti dilansir Anadolu Agency, Sabtu (10/2/2018).
“Setelah tiga minggu di sana, saya kembali ke rumah dan ingin melakukan sesuatu untuk meningkatkan kesadaran mengenai pelanggaran HAM di Palestina,” tambah Ladraa, yang berasal dari keluarga Yahudi.
Baca Juga: Kim Jong Un Undang Presiden Korea Selatan Datang Berkunjung
Setelah berhenti dari pekerjaan dan kuliahnya, Ladraa melakukan perjalanan hingga 5000 kilometer dari Gothenburg, Swedia, ke Palestina sejak 8 Agustus 2017 lalu.
Dalam perjalanannya, Ladraa selalu membawa bendera Palestina dan menggunakan keffiyeh (syal khas Palestina) yang merupakan simbol dari kemerdekaan Palestina.
Ladraa mengakui mendapat pengalaman berbeda selama di Palestina. Bahkan, terkadang Ladraa membuat tenda untuk tidur.
Saat malam, Ladraa mengonsumsi makanan kaleng atau makanan pemberian tuan rumah saat singgah dalam perjalanannya.
Dalam perjalannya, Ladraa juga menyempatkan diri untuk memberi kuliah mengenai kondisi di Palestina.
Baca Juga: Vanesha Disebut Cemburu, Sheila Marcia: Saya Mau Hidup yang Benar
Di Praha, dirinya pernah ditahan karena diduga membawa bom oleh penjaga Duta Besar Israel. Itu lantaran Ladraa memegang bendera Palestina dan mendorong troli.