Suara.com - Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno berjanji tak menggunakan kekuatan represif kepada warga Kampung Arus, Kramat Jati, Cawang, Jakarta Timur, yang menolak “direlokasi” alias digusur.
Sebaliknya, Sandiaga berjanji mengajak warga kampung itu berdialog dan memamerkan calon daerah tempat mereka dipindahkan. Menurutnya, cara itu bisa menumbuhkan “touch and feel” di hati warga.
"Kami harus perlihatkan tempat pindahnya ke mana, jadi mereka punya bayangan. Nah, ini yang nanti akan kami buat mock-up unit tempat yang akan kami siapkan untuk mereka (warga). Supaya mereka ada touch and feel mengenai tempat yang akan mereka tinggali setelah ini," ujar Sandiaga di Balai Kota, Jakarta, Rabu (7/2/2018).
Pemprov berencana memasang turap (sheet pile) di Kampung Arus. Pemasangan turap merupakan bagian dari proyek normalisasi Sungai Ciliwung, guna mencegah banjir seperti yang terjadi pada Senin (5/2) awal pekan ini.
Baca Juga: Longsor Underpass Soetta, Menhub Minta Kereta Bandara Melambat
Sandiaga menyadari sulitnya mengajak warga untuk digusur dan dipindahkan. Namun, Sandiaga mengatakan berbahaya jika warga masih bertahan di lokasi yang rawan banjir tersebut.
"Waktu diketok-ketok itu, mereka nggak mau kan disuruh ini (relokasi). (Mereka bilang) sudah biarin aja, kita tinggal sudah biasa. Padahal, itu berbahaya buat mereka. Mereka mungkin sudah biasa, tapi kita ingin kehidupan mereka dan anak cucu mereka lebih baik lagi ke depan," tuturnya.
Sandiaga mengklaim, sebagian warga Kampung Arus sebenarnya sudah menyetujui rencana penggusuran dan pemindahan.
"Kan saya sudah turun sebelumnya dua kali ke sana. Mereka intinya nggak mau digusur. Jadi kemarin waktu saya datang, ada pak RW yang bilang sebagian warga sudah (mau),” tukasnya.
Baca Juga: Dilaporkan SBY, Pengacara Setnov Tunjuk Boyamin Jadi Kuasa Hukum