Pesan Aneh Mukhmainna Sebelum 14 Jam Terkubur Longsor Bandara

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 06 Februari 2018 | 19:01 WIB
Pesan Aneh Mukhmainna Sebelum 14 Jam Terkubur Longsor Bandara
Petugas Basarnas dibantu TNI dan Kepolisian mengevakuasi Mutmainah (25) korban longsor terowongan Kereta Api Bandara dikawasan Parimeter Selatan Kawasan Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (6/2). Longsornya dinding terowongan tersebut menimbun satu kendaraan mobil yang menyebabkan satu orang tewas dan satu orang dalam perawatan setelah terjebak selama 15 jam dalam timbunan tanah. [ANTARA FOTO/Mayra Izzah/Bal/ama/18]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pak, gelap, serem euy. Huft”, tulisan pesan pendek WhatsApp yang diterimanya itu membuat Ismail merasakan degup jantungnya berdesir. Firasat pria tua itu buruk. Ia segera membalas pesan tersebut, tapi tak berbalas. Selang 2 jam ia mendapat kabar mengangetkan: putrinya tertimbun longsor hidup-hidup.

Syamsudin Ismail nama lengkapnya. Ia adalah ayah Mukhmainna, satu dari dua korban yang tertimbun longsoran tanah di Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (5/2/2018) pukul 17.30 WIB.

“Sebelum tertimbun longsor, Mukhmainna sempat kirim WA ke saya. Isinya bilang dia dalam perjalanan pulang bersama Putri (Dianti Diah Ayu Cahyani) pakai mobil. Dia bilang takut, karena cuacanya hujan. Terus dia bilang gelap pak, serem euy,” tutur Ismail kepada wartawan di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, Selasa (6/2).

Baca Juga: Lanjutkan Program Ahok, Anies Tetap Normalisasi Kali Ciliwung

Karena berfirasat tak enak, Ismail lantas membalas pesan WA putrinya tersebut, untuk meminta Mukhmainna berhati-hati dalam perjalanan.

"Saya balas pesan WA itu 5 menit sebelum lost contact. Pesan saya tak dibalasnya,” tukas Ismail.

Ia lantas berusaha menenangkan diri saat itu, dan bersabar menunggu pesan balasan Mukhmainna. Namun, setelah 2 jam menunggu tak mendapat pesan balasan, ia mencoba menelepon ponsel anaknya.

Kegelisahan Ismail semakin menjadi-jadi lantaran ponsel anaknya tak aktif. Ia lalu mencari informasi ke berbagai pihak yang mengenal Mukhmainna.

Ismail baru menghentikan upaya mencari informasi setelah mendapat berita dari media, bahwa Mukhmainna merupakan satu dari dua korban dalam mobil Honda Brio yang tertimbun longsor di Bandara Soetta.

Baca Juga: Polisikan Pengacara Setnov, Ini Bukti yang Dibawa SBY

14 Jam Bertarung dengan Maut

Tim Basarnas dibantu TNI dan Polri melakukan penggalian di lokasi, untuk mengevakuasi Mukhmainna dan Putri.

Upaya evakuasi itu berlangsung susah, karena tim penyelamat harus bekerja di bawah guyuran hujan yang deras.

Hari berganti. Selasa (6/2) dini hari pukul 02.50 WIB, upaya evakuasi baru berhasil mengangkat naik Putri dari timbuhan tanah.

Sementara sampai pukul 05.21 WIB, Mukhmainna tetap belum bisa dievakuasi. Ia masih terjimpit di dalam mobil nahas tersebut.

"Selasa pagi itu, kepalanya sudah bisa dikeluarkan. Tapi, perutnya masih terjepit sabuk pengaman kursi mobil, jadi agak susah,” tutur Kabasarnas Marsekal Madya Muhammad Syugi, Selasa siang.

Ia menjelaskan, Mukhmainna dalam mobil itu duduk di kursi depan samping sopir. Tapi, celah yang dibuat petugas untuk upaya penyelamatan terbilang kecil, yakni kurang dari setengah meter.

“Sempit sekali. Kami mau memotong besi mobil itu, tapi takut terkena tubuh korban. Selama proses evakuasi, kami memberikan mereka air dan asupan oksigen untuk bertahan hidup,” tuturnya.

Berkat kerja keras tim penyelamat, Mukhmainna akhirnya berhasil dievakuasi pada pukul 07.00 WIB. Ia 14 jam bertarung dengan maut di bawah tanah.

Sejumlah petugas gabungan dari badan SAR dan Pemadam Kebakaran Bandara Soetta melakukan evakuasi terhadap korban longsor tembok under pass perlintasan Kereta Bandara Soetta di kawasan Parimeter Selatan, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (5/2) malam. Hingga Foto ini disiarkan petugas gabungan masih melakukan evakuasi satu orang pengendara motor dan dua orang yang berada dalam satu mobil, ambruknya dinding under pass tersebut diduga karena kurang kuatnya konstruksi serta curah hujan yang tinggi yang mengguyur kawasan tersebut. [ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal]

Ciuman Ayah

Ismail, sang ayah yang juga berada di lokasi evakuasi, menuturkan kondisi sang putri saat kali pertama diangkat dari dalam tanah.

“Dia masih sadar, tidak pingsan. Dia bisa menggerakkan tangan. Saya langsung menciuminya. Saya bersyukur, Alhamdulillah, dia selamat,” tuturnya.

Mukhmainna lantas dilarikan ke RS Siloam Karawaci untuk mendapar perawatan. Ia menjalani pemeriksaan CT Scan.

“Alhamdulillah, kondisinya tak ada luka, tak ada yang patah, tak berdarah. Dia Cuma merasakan sakit di kepala sampai punggung. Kaki kanan juga pegal-pegal katanya,” tutur Ismail.

Ia mengatakan, tim dokter mengatakan Mukhmainna dalam kondisi stabil. Rasa pegal yang dirasakan hanya efek 14 jam terhimpit di dalam mobil yang tertimbun tanah.

Namun, kisah berbeda dialami sohib kentalnya, Dianti Diah Ayu Cahyani. Perempuan yang akrab disapa Putri itu meninggal dunia di RS Mayapada Tangerang, tiga jam setelah berhasil dievakuasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI