Suara.com - Tangis histeris pecah saat mobil ambulans bernomor polisi B 1713 BKS tiba di Perumahan Kota Serang Baru, Banten. Ambulans itu membawa jasad Dianti Dyah Ayu Cahyani Putri, yang meninggal dunia setelah mampu bertahan hidup selama 9 jam di bawah timbunan tanah longsor.
Putri dan rekannya, Mukhmainna Syamsuddin (25), berada di dalam Mobil Honda Brio saat melintasi Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta, Senin (5/2/2018) sore pukul 17.30 WIB.
Namun, saat hendak memasuki terowongan di titik tersebut, terdapat tanah dari arah atas yang luruh dan menimbun mereka berdua. Evakuasi keduanya memakan waktu selama 12 jam, yakni sejak Senin malam hingga Selasa (6/2) pagi.
“Bapaaak, bapaaak, tolong kami. Bapak Basarnas, tolong kami,” tutur Putri ketika masih tertimbun di bawah tanah, seperti yang diceritakan Kasi Operasi SAR Jakarta I Made Oka Astawa, Selasa siang.
“Kata-kata itulah yang masih kami dengar dari Putri. Kami terus menggali. Sebelum berhasil dievakuasi, melalui celah yang dibuat, kami memberikan mereka air dan oksigen untuk bertahan hidup,” tutur Astawa.
Ayah Putri, kata Astawa, juga berada di sana. Sang ayah juga terus menyemangati putrinya itu untuk terus bertahan hidup.
”Kami bilang kepada Putri maupun Mukhmainna, ’jangan khawatir, kami di sini. Kalian akan keluar selamat, bertahanlah’” tambah Astawa.
Hujan deras mengguyur jalan tersebut, sehingga menyulitkan evakuasi korban. Namun, penggalian berbuah manis, Putri berhasil dikeluarkan dari tumpukan tanah tersebut pada Selasa dini hari, persisnya pukul 02.50 WIB.
Putri kala itu masih bicara berbicara meski terbata-bata. Ia lantas dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang untuk intensif dirawat.
Perempuan tersebut kelelahan dan melemah. Akhirnya, tim dokter merujuknya untuk mendapatkan perawatan di RS Mayapada Hospital Tangerang. Ia baru sampai di RS tersebut pukul 06.00 WIB.
Namun, Dianti hanya bertahan selama setengah jam sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 06.43 WIB.
”Dia tiba di RS pukul 6 lebih sedikit, dan meninggal dunia pukul 06.43 WIB,” kata Chief Executive Officer RS Mayapada Hospital Tangerang dr Markus Waseso.
Bengkak dan Memar
Berdasarkan pemeriksaan, terdapat pembengkakan di daerah leher perempuan tersebut. Pada lehernya, terpasang fiksasi.
Selain itu, ditemukan memar di daerah perut, tungkai kiri, serta lengan kiri yang sudah terpasang gips. Pembengkakan juga terdapat di bagian paha kanan.
”Itu hasil pemeriksaan tim kami yang datang ke RSUD Tangerang. Setelah berembuk, akhirnya kami bersepakat membawa pasien ke RS kami, RS Mayapada Hospital Tangerang. Sebab, tekanan darahnya saat itu 90/60 dan denyut nadinya lemah meski masih teraba,” jelasnya.
Dalam perjalanan menuju RS Mayapada, kondisi Putri terpantau terus melemah. Namun, ia tetap bertahan hidup.
”Sekitar jam 6 lewat sedikit, ambulans tiba di RS Mayapada. Tapi, ketika Putri akan dipindahkan dari tandu ambulans, tiba-tiba dia berhenti bernafas dan nadinya teraba melambat,” ungkapnya.
Karena kondisinya kritis, tim dokter langsung melakukan tindakan bantuan hidup dasar, yakni memberi tekanan di pernafasan dan jantung.
“Bantuan hidup dasar dilakukan kurang lebih 30 menit dan Dianti sudah bisa dievakuasi ke dalam IGD RS Mayapada dengan disaksikan oleh pihak keluarga. Kami memberinya obat-obatan untuk memperkuat kerja jantung. Namun, pukul 06.43 WIB, Putri wafat,” terangnya.
Baru 8 Bulan Kerja
Selasa siang, jenazah Putri kekinian sudah berada di rumah duka Blok R No 7 di Perumahan Kota Serang Baru RT 01 RW 08 Kelurahan Banjar Agung Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang. Rencananya, ia akan langsung dimakamkan setelah disalatkan.
Jenazah tiba sekitar pukul 09.54 WIB disambut isak tangis kerabat, tetangganya dan juga teman seprofesinya di Perusahaan GMF Aero Asia.
"Almarhumah anak yang solehah dan dedikasinya sangat bagus di perusahaan. Makanya pada 1 Februari 2018 kemarin, Almarhumah ini baru diangkat menjadi karyawan tetap, setelah enam bulan masa percobaan," kata Direktur Keuangan PT GMF Aero Asia Insan Nurcahyo yang ikut mengantar ke rumah almarhumah Putri.
Ia mengatakan, Putri yang merupakan lulusan Universitas Suryadharma Jurusan Akuntansi ini mengalami retak pada bagian leher dan sempat berhasil dilarikan ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.
Insan menuturkan, Putri bekerja sebagai finansial analisis sudah sekitar tujuh bulan menginjak ke delapan bulan di anak perusahaan PT Garuda Indonesia tersebut.
"Dia anak yang baik, solehah. Setiap Senin Kamis selalu puasa," katanya.