Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Muhamad Subuh mengatakan pasokan obat untuk warga sejumlah kabupaten di Papua dan Papua Barat sudah mencukupi.
"Yang kami lihat di lapangan di gudang farmasi sebenarnya more than enough, karena kita lihat langsung ternyata cukup, kendalanya ada pada diagnostik, nggak bisa semua orang sehat kasih obat, kendala geografis, transportasi, kendala menyebarkan penduduk, distribusi jadi kendala, tenaga kesehatan yang bisa gunakan obat tersebut juga terbatas," kata Subuh di Jakarta.
Dari 17 kabupaten, Kabupaten Asmat mendapatkan prioritas perhatian karena di sini terdapat banyak warga kena campak dan busung lapar.
"Yang kami lihat di lapangan di gudang farmasi sebenarnya more than enough, karena kita lihat langsung ternyata cukup, kendalanya ada pada diagnostik, nggak bisa semua orang sehat kasih obat, kendala geografis, transportasi, kendala menyebarkan penduduk, distribusi jadi kendala, tenaga kesehatan yang bisa gunakan obat tersebut juga terbatas," kata Subuh di Jakarta.
Dari 17 kabupaten, Kabupaten Asmat mendapatkan prioritas perhatian karena di sini terdapat banyak warga kena campak dan busung lapar.
"Dalam rapat tadi kami juga sudah dibicarakan bagaimana membuat suatu konsep penanganan, sehingga bisa digunakan di tempat lain terutama di papua, sangat rendah kategorinya, di bawah 40 persen," katanya.
Kementerian Kesehatan sudah mengirimkan tenaga medis ke Suku Asmat.
"Gelombang kedua ada 45 orang dokter, yang pertama sekitar 30-an orang, jadi kami tambah. Kami juga kolaborasi dengan TNI untuk kirimkan 75 yang merupakan dokter umum, kami memberi pembekalan sebelum berangkat, supaya mereka lebih mobile, kalau dokter spesialis kan, pelayanannya di rumah sakit, yang mobile dokter umum," kata Subuh.
Dia memastikan tak ada masyarakat Papua menolak diimunisasi.
"Masyarakat di sana cukup antusias dilayani imunisasi, buktinya kami bawa 50 vial pulang habis, artinya hambatan penolakan tak ada, ada beberapa yang takut sakit lalu kami bujuk," katanya.