LSI Denny JA Sebut Masyarakat Bosan Lihat Wiranto Ikut Pilpres

Rabu, 24 Januari 2018 | 22:40 WIB
LSI Denny JA Sebut Masyarakat Bosan Lihat Wiranto Ikut Pilpres
Ketua Dewan Pembina Wiranto (tengah) bersama dengan kedua Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO/kedua kiri) dan Daryatmo (kanan) beserta sejumlah pengurus kedua kubu memberikan keterangan pers seusai pertemuan mediasi di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (23/1). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Rully Akbar menyebut, masyarakat bosan melihat keikutsertaan Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Wiranto, di Pemilihan Presiden (Pilpres).

Wiranto sebelumnya tercatat dua kali mengikuti kontestasi Pilpres. Pertama di tahun 2004, saat berpasangan dengan Salahuddin Wahid selaku calon wakil presiden. Namun, duet Wiranto-Gus Sholah tersingkir di putaran pertama.

Kedua adalah saat Pilpres 2009. Kala itu, Wiranto mendampingi Jusuf Kalla sebagai calon presiden. Duet JK-Wiranto pun gagal bersaing dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono yang memenangi Pilpres 2009.

"Pemilih cukup bosan dengan nama Wiranto karena ikut kontestasi pemilu," ujar Rully di kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta, Rabu (24/1/2018).

Baca Juga: Usai Dahnil, Polisi Periksa Direktur LBH Jakarta Soal Novel Besok

Kendati demikian, Rully mengatakan, figur Wiranto masih sangat dibutuhkan bagi Partai Hanura. Walaupun begitu, figur Wiranto tidak sekuat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

"Tapi sebagai salah satu figur besar, Hanura masih mengandalkan Wiranto, walau figur utama Hanura tidak sebesar Prabowo, Mega, SBY. Tapi ini menjadi upaya masuknya Wiranto menjadi bahan pembicaraan. (Terbukti) Hanura bisa langsung cepat recovery (dari) masalah internal," kata dia.

Belum lama ini, Hanura memang tengah diguncang konflik internal yang melibatkan dua kubu ketua umum Partai Hanura, yakni kubu Oesman Sapta Odang dan Daryatmo--ketua umum Partai Hanura versi Munaslub Bambu Apus.

Diungkapkan Rully, permasalahan internal ini membuat elektabilitas Hanura jelang Pemilu Legislatif 2019 jadi menurun.

"Bisa kita bilang Hanura bukan partai besar. Ekspos perpecahan itu semakin besar. Kalau perpecahan terus akan membuat 'nyungsepnya' suara Hanura itu sendiri. Harus ada penguatan figur dan kinerja di lapangan. Pilkada Serentak 2018 bisa memanaskan mesin (partai). Supaya bisa mengembalikan kepercayaan publik," tandasnya.

Baca Juga: Bertemu Utusan Putin, Wiranto Tegaskan RI Mau Beli Pesawat Sukhoi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI