Gizi Buruk Asmat, Fahri: Ini Tragedi Pengelolaan Negara

Rabu, 24 Januari 2018 | 13:58 WIB
Gizi Buruk Asmat, Fahri: Ini Tragedi Pengelolaan Negara
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah di Gedung DPR, Selasa (9/1/2018). [Suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Mereka biasa makan sagu dan ubi, tiba-tiba kita memaksakan mereka makan beras padahal mereka tidak punya sawah akhirnya ketergantungan. Akibatnya ketika suplai berkurang, akibatnya adalah busung lapar. Ini yang tidak boleh. harus ada policy pembangunan yang komprehensif," Fahri menambahkan.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon meminta distribusi anggaran otonomi khusus kepada Provinsi Papua dievaluasi. 

"Ini mungkin harus ada evaluasi terhadap distribusi anggaran otonomi khusus. Saya tidak tahu kenapa kok bisa terjadi suatu keadaan seperti yang sekarang ini terjadi di Asmat," kata Fadli.
 
Fadli mengatakan kasus campak dan gizi buruk semestinya sudah terjadi. 
 
"Kalau menurut saya ini harus menjadi alarm. Jangan sampai ini justru menjadi puncak gunung es, yang kelihatan. Mungkin di tempat lain, mungkin belum kelihatan," ujar Fadli.
 
Fadli mengatakan pihaknya juga akan mengevaluasi dana otonomi khusus yang didistribusikan ke daerah.
 
"Nanti kita akan ikut mengevaluasi pastinya. Saya kan juga ikut di tim pemantau Otsus, walaupun tidak secara spesifik soal penggunaan dana. Tapi kita akan melihat ke sana juga," kata Fadli.

Presiden Joko Widodo mengatakan sudah memerintahkan Panglima TNI dan Kapolri untuk mengerahkan tim untuk membantu masalah di Suku Asmat, Papua.

"‎Dua, tiga minggu lalu saya sudah perintahkan Panglima TNI dan Kapolri untuk melakukan bantuan dan tim kesehatan menuju ke sana, karena memang lokasinya sangat berat," kata Jokowi sebelum berangkat ke Sri Lanka, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Jokowi menuturkan pada September 2017, pemerintah telah mengirim‎ tim dari Kementerian Kesehatan ke Asmat untuk menangani wabah penyakit yang rentan menyerang anak-anak. Namun belum cukup membantu membasmi wabah penyakit di sana. Kendalanya adalah akses menuju ke lokasi, sebab di Asmat itu masyarakatnya tinggal di hutan dan tersebar di banyak titik.

"Jangan membayangkan lokasi itu seperti di Jawa, lokasi di sana adalah hutan belantara, antara kota dan distrik-distrik ini jauh. Kemudian di distrik, di kampung kampung juga tersebar, ada 30 KK, ada 40 KK," ujar dia.

Masyarakat di wilayah pedalaman Papua memiliki budaya, adat, dan tanah ulayat yang kuat dan tidak mudah diubah. Sehingga orang luar kesulitan untuk membantu mengubahnya untuk berpola hidup yang sehat, apalagi untuk di relokasi ke kota agar mudah mengakses rumah sakit, puskesmas.

"Mereka mempunyai budaya, adat, tradisi, memiliki hak ulayat yang tidak memungkinkan (untuk dipindah dari lokasi)‎. Tadi malam hanya ingin memastikan apakah memungkinkan mereka ini dalam kelompok besar bisa kita relokasi, ternyata tidak memungkinkan. Karena masalah tradisi, masalah adat, masalah hak ulayat yang tidak mungkin," kata Jokowi.

Itu sebabnya, untuk menyelesaikan masalah di sana, yang pertama mempercepat penyelesaikan pembangunan infrastruktur agar masyarakat di sana tidak terisolasi lagi. Kedua, setelah infrastruktur dibangun dan akses sudah terbuka dibangun pertanian. Sebab jika sudah ada pertanian sebagai sumber pangan, mereka tidak berpindah-pindah lagi untuk hidup di dalam hutan Papua tersebut.

"Jadi tadi malam juga setuju harus ada pertanian, sehingga mereka menetap. Kalau sudah menetap ini gampang," kata dia.

REKOMENDASI

TERKINI