Suara.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengaku dicecar penyidik Polda Metro Jaya terkait adanya aktor yang memiliki pengaruh besar di balik kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.
"Iya itu ditanyakan aktor yang berpengaruh besar," kata Dahnil usai diperiksa di Polda Metro Jaya, Senin (22/1/2018) malam.
Pertanyaan itu dilontarkan penyidik untuk mengklarifikasi statement Dahnil ketika menjadi narasumber dalam program Metro Realitas yang disiarkan Metro TV pada, Senin (8/1/2018) lalu.
"Itu ya saya sampaikan fakta empiris, banyak kasus besar high profile diusut lama apanya segala macem," kata dia.
Baca Juga: Liliyana Natsir Berencana Kerja PNS atau Bisnis Usai Pensiun
Namun, Dahnil tak menyebutkan secara rinci siapa aktor intelektual yang disebut-sebut terlibat dalam teror air keras yang menimpa penyidik senior KPK itu. Dia hanya menyampaikan aktor di balik bisa menghambat penanganan kasus Novel.
"Pasti punya pengaruh, bisa jadi hambat teknis (penyelidikan kasus)," kata dia.
Dahnil menyampaikan, alasannnya menyebut ada aktor intelektual tersebut karena lambannya kasus ini ditangani penyidik Polri. Bahkan, dia menyebutkan Novel juga memiliki sikap yang sama terkait aktor intelektual dalam kasusnya tersebut.
"Sederhana kasus ini, (tapi) lama sekali dituntaskannya. Dan kalau ada Anda cek wawancara dengan Novel. Novel punya sikap yang sama (dengan) saya juga, punya sikap yang sama dengan itu," ujarnya.
Dahnil juga menduga aktor tersebut merupakan pihak yang sakit hati terhadap kinerja Novel dalam menangani kasus-kasus korupsi di KPK.
Baca Juga: Usai Diperiksa, Dahnil Bantah Sebut Mata Elang Pelaku Kasus Novel
"Yang jelas mereka bandit yang sakit hati dengan Novel," kata Dahnil.
Foto: Penyidik senior KPK Novel Baswedan.
Lantaran adanya aktor intelektual tersebut, Dahnil sangat pesimistis jika polisi bisa menuntaskan kasus penyiraman air keras terhadap Novel.
"Kalau saya pesimis dengan ini masa jadi dosa kan. Orang enggak ber-Tuhan aja enggak dilarang di negara ini, masa saya pesimis sama polisi enggak boleh? Boleh dong," tuturnya.
Dia juga meminta agar polisi bisa terbuka menerima kritik dari masyarakat apabila dianggap tak becus menuntaskan kasus tersebut.
"Saya harap polisi terbuka dengan kritik. Jadi sama sekali bahasa polisi tidak bersikap menekan atau apa. Ketika saya sampaikan kritik itu, mereka juga terbuka. Saya akan terus sampaikan kritik kalau kasus ini lambat," pungkas Dahnil.