Presiden Joko Widodo menyarankan petani padi menjual panenan dalam bentuk beras karena keuntungan dari menanam padi terjadi setelah panen.
"Keuntungan besar itu pada saat jadi beras. Jadi saya sampaikan agar jualnya dalam bentuk beras. Syukur sudah dikemas. Ini di penggilingan padi modern ini bisa dilakukan," ucap Presiden ketika berbicara pada Pengembangan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) Terintegrasi di Kawasan Transmigrasi, KTM Kabupaten Mesuji, Lampung, Minggu (21/1).
Selama ini, lanjut Presiden, petani mengurus sawah dengan mengairi, memupuk dan panen, setelah itu menjualnya dalam bentuk gabah.
Di lokasi tersebut terdapat penggilingan padi. Presiden ingin melihat produktivitas dari penggilingan padi tersebut.
"Saya mau lihat dulu apa kapasitas di sini cukup atau enggak. Kalau enggak bisa ditambah. Bermanfaat atau tidak bermanfaat. Kalau tidak sudah tinggalkan. Kalau bermanfaat akan dibesarkan lagi sehingga kapasitasnya memenuhi yang ada di masyarakat," ucap Presiden seperti disampaikan Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin di Palembang, Senin.
Presiden kemudian memanggil seorang petani bernama Jumadi, untuk mengecek langsung harga gabah dan beras.
Jumadi yang juga menjadi Pengurus Tani Srimukti Desa Wonosari, Mesuji mengelola sawah seluas dua hektare dan setiap hektarenya bisa menghasilkan tujuh ton gabah. "Setelah panen 14 ton diapain?" tanya Presiden.
Jumadi menjelaskan dirinya menyimpan sebanyak satu ton gabah dan sisanya sebanyak 13 ton gabah dijual. "13 ton dijual pas panen atau sudah jadi beras?" tanya Presiden. "Saat panen," jawab Jumadi.
Harga gabah sebesar Rp3.500 setiap kilogram, sedangkan beras berada di kisaran Rp10.000 - Rp11.000 setiap kilogram.
"Ini yang perlu kita lakukan bersama-sama sehingga sekali lagi produk pertanian kita tidak ketinggalan zaman. Ada pengerjaan setelah panen, pengeringan, digiling, dikemas baik apalagi diberi nama baik juga dikemas dalam kelompok besar petani, diberi merek. Itu akan memberi nilai tambah dengan menaikkan harga," kata Presiden.