Pendiri WikiLeaks Ejek Penghargaan 'Fake News' Donald Trump

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 19 Januari 2018 | 12:13 WIB
Pendiri WikiLeaks Ejek Penghargaan 'Fake News' Donald Trump
Pendiri Wikileaks, Julian Assange. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, menyindir penghargaan “Fake News” (berita palsu) yang diberikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kepada sejumlah media pengkritiknya.

Assange menuturkan, seperti dilansir Anadolu Agency, Jumat (19/1/2018), penghargaan itu seharusnya tak diberikan kepada media presitius New York Times, melainkan NBC—saluran televisi AS.

Sebab, ia mengatakan NBC pernah gencar menyiarkan “berita-berita” yang mendukung upaya kudeta di Turki tahun 2016.

Baca Juga: Tito Sebut Kantor Promoter Polda Tak Kalah dengan Singapura

“Kasus paling serius dari berita palsu baru-baru ini tidak ada dalam daftar #FakeNewsAwards Trump. NBC secara substansial membantu kudeta militer di Turki yang menewaskan ratusan orang. NBC mengeluarkan laporan yang salah, mengutip ‘sumber militer senior AS’, bahwa Erdogan telah meninggalkan negara tersebut,” sindir Assange melalui akun Twitter miliknya.

Assange dalam cuitan tersebut juga membagikan lansiran Anadolu Agency dalam bahasa Inggris yang berjudul “Turki minta NBC minta maaf atas berita bohong mengenai Erdogan”. Artikel itu dipublikasikan tanggal 26 Juli 2016.

Trump, Rabu (17/1), mengumumkan pemenang "penghargaan fake news" yang dia promosikan sendiri melalui akun Twitter-nya.

Trump menganugerahi peringkat pertama penghargaan itu kepada penulis New York Times, Paul Korgman.

Sang jurnalis pernah menulis artikel bahwa pasar AS akan runtuh dan tidak akan lagi pernah pulih setelah Trump terpilih menjadi presiden.

Baca Juga: Ketua DPR Minta Kebijakan Impor Beras Tak Rugikan Petani

Peringkat kedua diberikan kepada ABC, sementara CNN meraih peringkat ketiga.

Terjebak di Kedutaan Besar Ekuador

Assange yang kerap menimbulkan kontroversi dan membocorkan sejumlah dokumen Kementerian Luar Negeri AS melalui halaman internetnya kepada masyarakat,  hidup dalam sebuah ruangan di Kedutaan Besar Ekuador di Knighstbridge, London selama enam tahun terakhir.

Pengadilan Inggris pada tahun 2010 memutuskan untuk mengekstradisi Assange ke Swedia, di mana dia dijerat tuduhan memerkosa dua wanita.

Assange berlindung ke kedutaan besar Ekuador di London pada Juni 2012, karena jika diekstradisi ke Swedia, ada resiko bahwa dia akan dikirim ke AS.

Pengadilan Swedia tahun lalu memutuskan untuk menghentikan tuntutan terhadap Assange.

Ekuador telah menerima permohonan suaka politik Assange, dan terakhir memberikan kewarganegaraan untuk Assange pada bulan lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI