Suara.com - Sejumlah ahli terorisme meragukan keaslian sebuah buku, yang diduga ditulis oleh seorang anggota senior Taliban Pakistan Abu Mansoor Asim Mufti Noor Wali.
Buku itu, yang berjudul "Inqilab Mehsud South Waziristan - From British Raj to American Imperialism", mengklaim Taliban merupakan dalang di balik pembunuhan mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto.
Buku itu juga menjelaskan "perjuangan" jaringan militan itu melawan AS dan sekutu-sekutu mereka.
Baca Juga: Dilempar Botol dan Diejek Hantu, Mereka Bertahan di Balik Cadar
Sejauh ini, kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) belum mengkonfirmasi ataupun menyangkal bahwa pemimpin mereka yang menulis buku itu.
Dalam buku yang dicetak di Afghanistan itu tertulis, dua pengebom bunuh diri menargetkan Bhutto ketika dia tampil di hadapan publik di Rawalpindi pada 27 Desember 2007.
Salah satu pelaku, Bilal, menurut buku itu, menembak perempuan berjuluk "Putri Sang Timur" kemudian meledakkan dirinya dekat mobil mantan perdana menteri itu. Sedangkan pengebom kedua, Ikram, berhasil kabur dan masih hidup hingga kini.
"Buku ini kurang otentik. Saya ragu terhadap tulisannya," kata Hamid Mir, seorang jurnalis senior di Islamabad, kepada Anadolu Agency.
Pengadilan anti-terorisme tahun lalu membebaskan lima terduga anggota Taliban, yang dituduh atas pembunuhan Bhutto setelah jaksa penuntut gagal menunjukkan bukti yang cukup kuat.
Baca Juga: Peradi Protes KPK Tak Koordinasi saat Tahan Fredrich Yunadi
Namun, pengadilan menjatuhkan hukuman masing-masing 17 tahun kepada dua anggota polisi senior atas kegagalan mereka melindungi mantan perdana menteri itu. Hukuman itu kemudian ditangguhkan oleh pengadilan tinggi.
'Klaim itu menguntungkan Musharraf'
"Bagi saya, klaim pembunuhan Benazir Bhutto itu dibuat untuk mengelabui pengadilan dan penyelidikan," kata Mir, jurnalis yang juga pernah mewawancarai mantan pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden pada 2001 silam.
Dia menyimpulkan, klaim Taliban itu secara langsung menguntungkan mantan pemimpin militer Jenderal Pervez Musharraf, yang juga dituntut atas perannya dalam pembunuhan Bhutto.
Menurut Mir, TTP mengatakan tidak mungkin menjadi dalang di balik pembunuhan itu karena "mereka tidak menyerang perempuan".
Selain itu, PPP—partai Bhutto—tetap yakin peristiwa itu melibatkan Musharraf sebagai otak pembunuhan keji tersebut.
"Saya tidak tahu-menahu tentang klaim Taliban. PPP tetap menganggap Musharraf bertanggung jawab atas pembunuhan itu," kata Saeed Ghani, seorang petinggi PPP.
Polemik politik
"Dia pernah mengancam Bhutto agar tidak kembali ke Pakistan. Ditambah lagi, dia tidak memberikan pengamanan yang cukup dan lokasi pembunuhan juga sangat cepat dibersihkan. Itulah beberapa alasan kenapa kami yakin Musharraf terlibat pembunuhan itu," jelas Ghani.
Brigadier Mahmood Shah, seorang pengamat keamanan asal Islamabad, tidak setuju dengan pandangan itu.
"Buku ini menjelaskan banyak hal yang nyata, termasuk sikap dan perjuangan Pakistan melawan militan," kata Shah.
Namun, dia juga mengakui klaim Taliban mengenai pembunuhan Bhutto itu sangat menguntungkan bagi Musharraf, yang hingga kini masih mengasingkan diri guna menghindari tuntutan hukum.
"Kita harus mengakui sifat kasus-kasus yang dihadapi Jenderal Musharraf itu berkaitan dengan politik, bukan tindakan kriminal."
Shah mengatakan satu kesalahan yang dilakukan partai PPP yang mengusung Bhutto adalah kurang "serius" menanggapi ancaman bunuh diri terhadapnya.