Black Campaign, Tsamara: Harus Belajar dari Pilkada Jakarta

Selasa, 16 Januari 2018 | 18:48 WIB
Black Campaign, Tsamara: Harus Belajar dari Pilkada Jakarta
Tsamara Amany Alatas‎ [suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politikus Partai Solidaritas‎ Indonesia Tsamara Amany Alatas‎ mengatakan black campaign akan menimbulkan perpecahan di masyarakat. Salah satu contohnya terjadi di pilkada Jakarta 2017.

‎"‎Kita harus belajar dari kasus pilkada DKI, karena kampanye hitam dampaknya sampai sekarang. Masyarakat jadi terpecah belah. Ibarat sakit, lukanya itu sampai sekarang masih basah," kata Tsamara dalam diskusi politik yang diselenggarakan Vox Point Indonesia di Jalan Pasar Baru Selatan, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Selasa (16/1/2017).

Di pilkada Jakarta 2017, masyarakat terbelah: pro Basuki Tjahaja Purnama dan pro Anies Baswedan.

Menjelang pilkada, kata Tsamara, pemakaian black campaign mendominasi. Kampanye hitam, antara lain dengan mengangkat isu PKI atau keturunan Cina. ‎

Menurut dia black campaign dan kampanye negatif berbeda. Kampanye negatif untuk menyerang lawan biasanya tetap menggunakan data.

"Bagi saya (kampanye negatif) itu boleh dilakukan," ujar calon legislatif dari PSI.

Tsamara mengajak peserta pemilu mengedepankan adu program, bukan memainkan kampanye hitam.

"Harusnya bertarung itu debat program dan data, selesai pemilu ya sudah selesai. Yang dilanjutkan mengawasi program kandidat terpilih,‎" kata dia.

‎Ketua DPP Gerindra Haposan Paulus Batubara menambahkan kampanye hitam biasanya fitnah atau hoax.

‎"Black campaign itu fitnah, tidak ada fakta. Kalau negatif campaign ada fakta dan datanya. ‎Misalnya calon wagub menjelang pilkada terungkap kasus perselingkuhan, itu negatif campaign. Tapi kalau dibilang ketum Gerindra terima mahar itu tidak fakta, itu black campaign," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI