Usaha kelompok radikal dipastikan KPI tidak berhenti sampai di situ. Ada cara lain yang juga digunakan untuk menyeret anggota KPI masuk ke dalam ormas tersebut.
Salah satunya, sebut Dian, adalah dengan mengundang anggota KPI sebagai narasumber dalam sebuah diskusi.
“Nah, ketika dia ngomong sebagai narasumber, dia direkam pakai video (oleh kelompok radikal tersebut). Video itu nantinya dikirim ke anggota-anggota KPI yang lain sambil mengklaim bahwa pengurus-pengurus KPI sudah bergabung dengan kelompok radikal itu,” jelas Dian.
Lebih lanjut, KPI juga melakukan identifikasi atas temuan-temuan di lapangan. Dian berujar, timnya mendapati bahwa kelompok ekstrim menargetkan pengurus KPI dikarenakan alasan telah mengenyam pendidikan organisasi yang lebih tinggi.
Baca Juga: Kecewa dengan KPU dan Bawaslu, Rhoma Irama Ingin Gugat
“Pengurus di sini kan harus melalui beberapa tahapan pendidikan, mulai dari pendidikan kader dasar, menengah dan advokasi. Tidak hanya itu, mereka (kelompok ekstrimis) juga menargetkan orang-orang yang mempunyai keahlian khusus,” ungkap Dian.
Dari 48 ribuan anggota pemegang kartu KPI saat ini, Dian mengatakan, anggotanya yang berada di Jawa Barat, Jawa Tengah dan NTB terbilang rentan disusupi oleh kelompok radikal.
KPI menduga, perekrutan yang dilakukan oleh kelompok radikal terhadap perempuan sudah dibuat dengan sistematis. Target akhirnya, duga Dian, perempuan yang bersedia bergabung dengan kelompok-kelompok tersebut akan dijadikan sebagai martir.
“Paling parah adalah menjadi pengantin bom bunuh diri, dan itu khas perempuan karena menggunakan alat seperti panci saat beraksi,” tutur Dian.
Baca Juga: Oesman: Hanura Nggak Sebodoh Itu