“Kalau GAM terstruktur. Kalau kami nggak. Sehingga banyak grup-grup. Tapi sekarang kami sudah bernaung di satu payung.”
United Liberation Movement for West Papua namanya.
Satu lagi atribut yang dipakai Filep yang membuat penasaran adalah kenapa topi loreng dengan bordir tulisan Timor Leste. Timor Leste merupakan provinsi ke 27 di Indonesia pada tahun 1976. Tetapi kemudian berhasil memerdekakan diri pada Mei 2002.
“Artinya ini memotivasi saya. Timor Leste yang cuma 300 ribu orang saja bisa menang lawan Indoneisa. Kenapa Papua yang dua juta orang lebih nggak bisa menang.”
“Pakai topi itu sudah lama, pace?” Tanya saya.
“Mulai dari dalam penjara. Jadi ada teman aktivis diundang ke Timor Timur. Pulang, dia menghadiahkan topi ini. Sekitar 2005-2008.”
Teman yang memberikan topi itu kini berada di Belanda. Sebenarnya topi yang dipakai Filep sekarang ini imitasi. Topi asli dari temannya dia simpan di Papua.
Topi, pin, dan baju yang dipakai Filep menjadi masalah ketika dia baru tiba Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa, 2 Januari 2018, malam.
Pada waktu itu, dia naik Lion Air dari Yogya, setelah menghadiri acara reunian di Kaliurang. Setelah delay sekali, pesawat terbang jam 17-an.
Di dalam Lion Air, dia duduk di seat nomor 18. Penampilannya menjadi perhatian salah satu penumpang di bagian depan. Kemungkinan, penumpang itu kemudian menghubungi petugas di Bandara Soekarno-Hatta untuk segera menahannya begitu turun dari pesawat.