Guruh Soekarno Putra Kecewa, Karena Apa?

Minggu, 14 Januari 2018 | 06:15 WIB
Guruh Soekarno Putra Kecewa, Karena Apa?
Di acara Syukuran Ulang Tahun Ke-65, Guruh Soekarno Putra menggelar temu media di kediamannya di Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Sabtu (13/1/2018). (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sabtu (13/1/2018) merupakan hari berbahagia bagi Guruh Soekarno Putra. Pasalnya di hari itu putra Presiden RI pertama Soekarno itu merayakan hari ulang tahunnya yang ke-65.

Dalam temu media yang digelar di kediamannya di Jalan  Sriwijaya, Jakarta Selatan, lelaki kelahiran 1953 ini mengaku sebenarnya tak ingin merayakan ulang tahunnya.

Namun berkat dorongan teman-teman terdekat, Guruh menjadikan momen ulang tahunnya ini untuk menghidupkan dan melestarikan kembali bahasa, busana dan kuliner khas Indonesia.

"Saya kalau ulang tahun usia segini pengennya nyepi-nyepi aja. Tapi kami mempunyai misi yang berkenaan dengan menghidupkan kembali bahasa Indonesia, busana Indonesia dan boga Indonesia. Jadi, hari ini saya niatkan untuk syukuran ulang tahun sekaligus menyampaikan misi kami pada para hadirin sekalian," ujar Guruh, Sabtu (13/1/2018).

Dalam kesempatan tersebut ia juga menyampaikan kekecewaannya terhadap kondisi bangsa di mana bahasa Indonesia kini semakin terkikis oleh kehadiran bahasa asing. Ia melihat, remaja Indonesia lebih bangga jika menggunakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia dalam kesehariannya.

"Pengamatan saya sejak zaman Orba, semakin hari budaya barat makin melanda. Budaya Indonesia semakin terkikis. Lihat saja acara apa pun bahasanya dicampur bahasa Inggris. Tampak sekali dari ekspresinya mereka lebih bangga seolah-olah lebih terpelajar, lebih internasional kalau pake bahasa Inggris," ungkapnya prihatin.

Di bidang busana, Guruh menuturkan, baik laki-laki maupun perempuan Indonesia saat ini tak lagi mau menggunakan pakaian tradisional dalam keseharian. Berbeda dengan perempuan di India misalnya, yang menurutnya masih banyak yang mengenakan kain sari dalam keseharian.

"Di bidang busana yang paling kelihatan para perempuan. Kain tradisional mungkin hanya dipake dalam dua hal, ketika prosesi perkawinan dan ketika meninggal, bukan sebagai pakaian sehari-hari. Kenapa kita nggak mengusahakan pakaian tradisional kita mendunia seperti jins yang dikenakan di seluruh dunia," tambah dia.

Sementara di bidang kuliner, Guruh menyoroti panganan khas Indonesia seperti petai dan jengkol yang masih dipandang sebelah mata. Menurut dia, jika diselidiki, panganan khas Indonesia ini memiliki khasiat kesehatan yang sangat baik, tapi tak banyak diketahui orang.

"Di boga bagaimana menaikkan derajat makanan yang oleh sebagian orang dianggap agak hina seperti petai dan jengkol. Kalau zaman sekarang masih banyak yang anggap petai, jengkol makanan kampung. Padahal di ilmu kedokteran petai diketahui mengandung zat yang sangat baik untuk otak dan jengkol sangat baik untuk melawan kanker," terangnya merinci.

Itulah beberapa fakta memprihatinkan yang menurut Guruh Soekarno Putra terjadi di Indonesia, yang membuatnya termotivasi untuk melestarikan bahasa, busana dan kuliner Indonesia. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI