Suara.com - Pernyataan mantan Ketua PSSI, La Nyalla Mattalitti yang menyebutkan pernah dimintai duit Rp 40 miliar oleh Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menghebohkan publik. Gerindra barang pasti membantah pernyataan mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur itu.
Konteks pengakuan La Nyalla itu dikeluarkan karena dia gagal mendapatkan tiket maju sebagai kandidat di Pilkada Jawa Timur dari Partai Gerindra. Kamis (11/1/2017) kemarin dia mengatakan jika duit Rp40 miliar itu untuk biaya saksi di tempat pemungutan suara (TPS).
Di akun Twitternya, Gerindra buru-buru mengklarifikasi jika tidak pernah meminta mahar ke calon kepala daerah. Termasuk saat mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno.
"Tidak ada mahar di @Gerindra. Apalagi mahar politik. Silakan konfirmasi langsung kepada pak @jokowi, @basuki_btp, @ridwankamil, @aniesbaswedan, dan @sandiuno yang pernah kami dukung dan berhasil menjadi kepala daerah," kicau @Gerindra Kamis lalu.
Baca Juga: 'Nyanyian' La Nyalla Soal Prabowo Tak Perlu Dibesar-besarkan
Tweet @Gerindra ini pun disambut Ridwan Kamil. Lewat akun Twitternya, Ridwan Kamil bersaksi tak pernah 'dipalak'.
"Twit admin @Gerindra ini benar. Saya bersaksi. waktu pilwalkot BDG, Pak Prabowo dan Gerindra tidak meminta mahar sepeser pun utk tiket pilkada. Hatur Nuhun. **Di pilgub Jabar ini kami berpisah, krn syarat menjadi kader partai yg tidak mampu sy penuhi," kata Emil.
Namun belakangan beredar sebuah video yang menunjukan pengakuan Prabowo menanyakan kemampuan finansial ke calon kepala daerah yang ingin didukung Gerindra. Dalam video berdurasi 3.16 menit itu, Prabowo berpidato di Pondok Pesantren Modern Al Islah, Bondowoso, Minggu (23/7/2017).
Berikut petikan pernyataan Prabowo di video itu:
Sekarang saya sedih, kenapa? Ketua umum partai jika ada yang mau jadi gubernur datang ke saya, apa pertanyaan pertama yang ditanya kepada dia? Apa pertanyannya?
Baca Juga: La Nyalla Klaim 'Dipalak' Prabowo Rp40 M, Fadli Zon Membantah
Saya tanya, ente punya uang nggak?
Saya tidak tanya, Anda lulusan mana?
Saya tidak tanya, Anda prestasinya apa?
Saya tidak tanya, Anda perna nulis buku apa?
Saya tidak tanya, Anda mau jadi gubernur? Pernah jadi bupati apa nggak? Pernah jadi camat nggak? Saya tidak tanya.
Yang saya tanya, ente punya uang berapa?
Sedih saya. Ada orang hebat, orang pintar, orang berakhlak, nggak punya uang.
Banyak rekan-rekan saya, junior saya, pemimpin baik. Di TNI, saya tahu jenderal ini, jenderal itu. Luar biasa orang-orang ini.
Jenderal yang korupsi, yah tidak punya uang.
Tahu, (uang) pensiunnya (berpangkat) Letjen bintang tiga berapa? Rp4 juta. Kok kalian (penonton) tahu? Jangan-jangan itu kader Gerindra. Oh Kader PAN.
Benar, saya bertemu Ustad Salim, mantan duta besar 5 tahun, mantan anggota DPR-RI, mantan menteri pensiunnya berapa? Rp4 juta.
Ada yang mau maju gubernur, saya tanya. Ente punya uang?
Kalau untuk jadi gubernur minimal Rp300 miliar, itu paket hemat, pahe. Untung kita di Jakarta kemarin ada Sandi (Sandiaga Uno) yang punya duit-duit dikit. Tapi ada berapa orang kayak Sandi?
Kalau wajah-wajah kalian (peserta) susah nih jadi gubernur. Kalau saya raba-raba agak sulit. Nggak punya Rp300 miliar.
Saudara-saudara, tetapi demokrasi terancam. Semua mau dibeli. Semua harus disogok, ini benar atau tidak? Terserah, percaya atau tidak percaya kalian rasakan.
Kalian rasakan, bisa nggak dapat keadilan di Indonesia ini melalui pengadilan-pengadilan? Bisa nggak? Sulit-sulit. Bukan Tidak bisa, tapi sulit.