Jika Jadi Capres, Idrus dan Airlangga Efeknya Negatif Buat Golkar

Selasa, 02 Januari 2018 | 17:48 WIB
Jika Jadi Capres, Idrus dan Airlangga Efeknya Negatif Buat Golkar
Rapat Pleno DPP Partai Golkar putuskan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar baru menggantikan Setya Novanto. (suara.com/Dian Rosmala)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting melemparkan pertanyaan spontan kepada 1.220 responden yang dipilih secara acak di seluruh Indonesia. Apakah akan memilih Partai Golkar di pemilu legislatif tahun 2019?

"Sebanyak 24,1 persen menyatakan akan memilih, 50,2 persen tidak akan memilih, 25,7 persen menjawab tak tahu," kata Direktur Utama SMRC Djayadi Hanan di kantornya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/ 1/2018).

Pertanyaan tersebut untuk menguji sejauhmana kandidat presiden yang diusung Partai Golkar berpengaruh terhadap tingkat keterpilihan partai berlambang pohon beringin.

Mengacu pada tingkat elektabilitas Golkar, SMRC mengajukan sejumlah nama yang akan diajukan sebagai calon presiden pada pilpres 2019, dengan tujuan untuk menemukan jawaban apakah nama-nama tersebut berpengaruh secara positif terhadap Golkar atau malah sebaliknya, yakni negatif.

Nama pertama yang diajukan yaitu Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham. Hasilnya, 14,3 persen menyatakan akan memilih dan 52,5 persen tidak akan memilih, serta 33,2 persen menjawab tidak tahu.

"Apabila Golkar mengusung Idrus Marham sebagai calon Presiden di 2019, ternyata efeknya negatif pada Partai Golkar sendiri. Dari hasil 24,1 persen turun menjadi 14,3 persen," ujar Djayadi.

Hasil tersebut tidak jauh beda jika Partai Golkar mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai Calon Presiden. Hasilnya yaitu 15,0 persen menyatakan akan memilih Partai Golkar dan 41,3 persen tidak akan memilih Partai Golkar. Serta 43,8 persen menjawab tidak tahu.

"Artinya mengusung Airlangga juga akan berdampak negatif terhadap Partai Golkar. Dari 24,1 persen turun ke 15,0 persen," tutur Djayadi.

Hasil tersebut akan berubah apabila Partai Golkar mengusung Presiden Joko Widodo pada Pilpres di 2019. Jokowi akan mendongkrak suara Golkar dari semula 24,1 persen menjadi 34,4 persen.

"34,4 persen akan memilih Golkar jika yang diusung adalah Jokowi. 38,3 persen menjawab tidak akan memilih Golkar, dan 28,3 persen memilih tidak tahu," kata Djayadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI