Presiden Palestina Kecam Israel yang Mau Caplok Tepi Barat

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 02 Januari 2018 | 08:56 WIB
Presiden Palestina Kecam Israel yang Mau Caplok Tepi Barat
Presiden Palestina Mahmoud Abbas. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Proposal aneksasi itu sendiri, seperti dilansir Middle East Monitor,  menjadi dasar PM Netanyahu untuk menganeksasi dan mengesahkan legalitas pembangunan perumahan Israel di Tepi Barat.

Setelah disetujui Partai Likud, proposal itu akan diajukan ke Knesset, parlemen Israel, dan bakal dibahas dalam tiga sesi persidangan sebelum disetujui.

Kelak kalau proposal itu jadi disahkan, maka Israel diyakini akan mengebut proyek pembangunan perumahan warga di wilayah Tepi Barat. Mereka menargetkan ada jutaan rumah baru untuk warga Israel.

Lembaga Riset Tanah Palestina (LRC) mengungkapkan, Israel merampas sekitar 2.500 hektar tanah milik Palestina, menghancurkan 500 bangunan, dan mendirikan delapan pemukiman Yahudi sepanjang 2017.

Baca Juga: Ini 3 Pengaruh Media Sosial yang Bikin Boros

Laporan mereka menunjukkan Israel merampas tanah Palestina dengan "tujuan militer" dan "berniat membangun pemukiman Yahudi" di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

LRC juga mencatat sebanyak 900 insiden kekerasan dan serangan oleh pasukan Israel di wilayah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.

Menurut badan-badan hukum Israel dan Palestina, aktivitas pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur meningkat tiga kali lipat pada 2017 dibandingkan tahun sebelumnya.

Organisasi Peace Now juga mengatakan, pemerintah Israel menyetujui pembangunan 1.982 rumah pada 2015; 2.629 rumah pada 2016; dan, pada 2017 sebanyak 6.500 rumah.

Menteri Fasilitas Umum dan Perumahan Israel, Yoav Galant, pada 24 Desember lalu mengumumkan rencana pembangunan 300.000 rumah baru di Yerusalem Timur dengan nama proyek "perumahan di tanah Yerusalem yang bersatu, ibu kota Israel".

Baca Juga: Intimidasi Toko Obat, Anggota FPI Ditahan Polisi

Aktivitas pembangunan perumahan Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem itu, dianggap menjadi salah satu rintangan terbesar yang menghalangi proses perdamaian Israel-Palestina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI