Gelombang Unjuk Rasa di Iran Meningkat, 10 Demonstran Tewas

Syaiful Rachman Suara.Com
Selasa, 02 Januari 2018 | 01:08 WIB
Gelombang Unjuk Rasa di Iran Meningkat, 10 Demonstran Tewas
Sejumlah pengunjuk rasa mencoba menghindari gas air mata [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepuluh orang tewas dalam unjuk rasa di Iran pada Minggu, kata televisi setempat pada Senin (1/1/2018).

Unjuk rasa puluhan ribu orang di berbagai kota tersebut menunjukkan perlawanan terbesar warga terhadap kepemimpinan Iran sejak kerusuhan pro-reformasi pada 2009. Selain itu, seruan untuk meneruskan gerakan tersebut memunculkan kekhawatiran akan keguncangan politik.

"Dalam beberapa kejadian tadi malam, sekitar 10 orang tewas di beberapa kota," kata stasiun televisi pemerintah tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Iran adalah salah satu negara penghasil terbesar minyak dunia dan kekuatan utama kawasan, yang terlibat dalam kemelut kawasan di Suriah dan Yaman untuk memperebutkan pengaruh dengan Arab Saudi.
Pengunjuk rasa berorasi menentang pemerintah [AFP]

Seorang mahiswi mengepalkan tangan kirinya di tengah gas air mata di universitas Teheran, Sabtu (30/12/2017). [AFP]
Keterlibatan Iran dalam sengketa kawasan itu membuat warga kecewa karena mereka ingin pemerintah lebih fokus menciptakan lapangan kerja daripada menghabiskan uang negara untuk perang di luar negeri.

Unjuk rasa pertama kali muncul di kota terbesar kedua Iran, Masshad, untuk menentang kenaikan harga-harga. Unjuk rasa itu kemudian meluas ke berbagai kota lain dan berkembang menjadi demonstrasi politik anti-pemerintah.

Sejumlah pengunjuk rasa bahkan meminta pemimpin agung Ayatollah Ali Khamenei untuk mundur dan menuding pemerintah sebagai pencuri.
Suasana unjuk rasa di salah satu lokasi di Iran. Warga turun ke jalan membuat barikade dan memaksa lalu lintas terhenti [AFP]

Sejumlah pengunjuk rasa membuat barikade di jalan [AFP]
Mereka mengaku marah atas korupsi dan krisis ekonomi di negara yang tingkat pengangguran anak mudanya mencapai 28,8 persen pada tahun lalu.

Unjuk rasa terus berlangsung sampai Minggu (31/12/2017) malam meskipun Presiden Hassan Rouhani meminta warga untuk kembali tenang. Dalam pidatonya, Rouhani mengatakan bahwa warga Iran memang berhak untuk mengkritik pemerintah, namun juga memperingatkan akan adanya pembubaran.

"Pemerintah tidak akan membiarkan mereka yang merusak fasilitas umum, melanggar aturan, dan menciptakan kerusuhan," kata Rouhani.

Hingga kini ratusan orang telah ditangkap.
Demonstrasi massa anti-pemerintah di Teheran, Iran, 30 Desember 2017. [Hamed Malekpour/Tasnim News/AFP]
Dua orang tewas ditembak di kota Izeh pada Minggu dan sejumlah orang lain terluka, demikian berita dari ILNA. Hingga kini belum diketahui apakah dua orang itu termasuk bagian dari 10 orang tewas yang diberitakan stasiun televisi negara.

"Saya tidak tahu apakah penembakan itu dilakukan oleh pengunjuk rasa atau polisi. Kasus ini tengah diselidiki," kata anggota parlemen Hedayatollah Khademi sebagaimana dikutip ILNA.

Sementara itu, di kota Shahin Shahr, demonstrasi berujung pada kerusuhan. Sejumlah video menunjukkan para pengunjuk rasa menyerang polisi dan menghancurkan sebuah mobil.

Untuk menanggapi unjuk rasa di berbagai kota itu, pemerintah menyatakan akan membatasi akses terhadap aplikasi pengirim pesan Telegram dan Instagram. Selain itu, muncul sejumlah laporan tentang kehilangan akses Internet di sejumlah wilayah. (Antara)

Baca Juga: Sengaja Injak Lawan, Pemain Swansea Diskors Tiga Laga

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI