Adu Strategi Gus Ipul Vs Khofifah Jilid III di Pilkada Jatim

Suwarjono Suara.Com
Minggu, 31 Desember 2017 | 16:20 WIB
Adu Strategi Gus Ipul Vs Khofifah Jilid III di Pilkada Jatim
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak bertemu dengan Plt. Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham di Jakarta, Rabu (22/11).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Untuk kali ketiga selama tiga periode Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang dipilih langsung oleh masyarakat Jawa Timur, Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul bersaing dengan Khofifah Indar Parawansa.

Pertama, pada Pilkada Jatim 2008, Gus Ipul berkesempatan mendampingi Soekarwo, sedangkan Khofifah menggandeng Brigjen TNI (Purn) Mudjiono.

Kedua terjadi di Pilkada 2013, Gus Ipul tetap mendampingi Soekarwo sekaligus masuk periode kedua, sedangkan Khofifah memilih menggandeng mantan Kapolda Jatim Irjen Pol (Purn) Herman S Sumawiredja.

Kini ketiga, Gus Ipul giliran memilih pasangan yaitu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, sedangkan Khofifah diduetkan dengan Bupati Trenggalek Emil Elistianto Dardak.

Baca Juga: Kehadiran Presiden Jokowi Diharap Kuatkan Citra Wisata Malioboro

Perbedaan persaingan di tiga Pilkada tersebut, antara lain Gus Ipul di dua periode sebelumnya "hanya" sebagai Calon Wakil Gubernur mendampingi Soekarwo atau yang akrab disapa Pakde Karwo. Sedangkan, Khofifah adalah Calon Gubernur.

Pada dua Pilkada tersebut, pasangan Pakde Karwo-Gus Ipul menang dan memimpin Pemerintah Provinsi Jawa Timur dua kali berturut-turut.

Kini di Pilkada serentak yang digelar 27 Juni 2018, baik nama Gus Ipul maupun Khofifah sama-sama maju sebagai Calon Gubernur Jatim periode 2019-2024.

Sampai akhir tahun 2017, tepatnya 31 Desember, keduanya sama-sama masih resmi (berdasarkan surat rekomendasi) diusung dua partai politik.

Pasangan Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas yang singkatannya Gus Ipul-Mas Anas, diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Baca Juga: Cerita Pasangan Nikah Massal di Malam Pergantian Tahun

Kemudian, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang singkatannya "Kerja" juga masih diusung Partai Golongan Karya serta Partai Demokrat.

Seperti ditulis Antara, Minggu (31/12/2017), tiga partai politik, yakni Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Nasional Demokrat (NasDem) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) masih sebatas penyampaian lisan mengusung Khofifah-Emil, belum disertai surat rekomendasi tertulis.

Begitu juga Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menyampaikan secara lisan mendukung pasangan Gus Ipul-Mas Anas di Pilkada mendatang.

Berbeda dengan dua partai politik penghuni parlemen DPRD Jatim, yaitu Partai Amanat Nasional dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memilih belum memutuskan memberikan dukungan, bahkan mengusung pasangan calon sendiri.

Persaingan Gus Ipul-Khofifah sudah diprediksi sejak beberapa waktu lalu atau sejak isu Pilkada mulai ramai dibicarakan. Nama Gus Ipul hampir dipastikan maju, sedangkan Khofifah simpang siur karena menunggu keputusan matang.

Akhirnya, Gus Ipul pada 15 Oktober 2017 secara resmi diumumkan oleh Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan berpasangan dengan Abdullah Azwar Anas.

Pada pengumuman yang digelar di Kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro Jakarta Pusat tersebut, Megawati membeberkan alasan memilih pasangan Gus Ipul-Mas Anas, yaitu bukan didasarkan pertimbangan suka atau tidak suka, namun melalui mekanisme terukur.

Megawati mengakui keduanya telah memiliki karakter yang sesuai dengan kepemimpinan PDIP, salah satunya mampu mengayomi rakyatnya.

"Kami tidak cari pemimpin sempurna, tapi pemimpin yang mumpuni," kata Megawati di podium di sela pengumuman.

Keduanya juga disebut belum terindikasi korupsi, memiliki karakter pemimpin yang bervisi jelas ke depan, serta berpengalaman cukup karena pernah menjadi pemimpin di daerah masing-masing.

Selepas pengumuman di DPP PKB, pimpinan partai dan kedua kandidat langsung menuju kantor DPP PKB di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.

Keduanya datang didampingi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDI-P Ahmad Basarah dan diterima Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Karding beserta sejumlah pengurus PKB.

Sementara itu, untuk pasangan Khofifah-Emil Dardak, keduanya menerima mandat maju dari Partai Demokrat pada 21 November 2017 di kediaman Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

Kemudian, keesokan harinya, 22 November 2017, giliran Partai Golkar mengumumkan nama Khofifah-Emil dan berkoalisi dengan Demokrat.

Penyampaian dukungan resmi dilakukan di kantor DPP Golkar, Jln. Anggrek Neli, Slipi, Jakarta Barat, yang dipimpin saat itu oleh Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum DPP Golkar, Idrus Marham.

Yang menarik, dari kontestasi Pilkada Jatim 2008, 2013 dan 2018, terdapat perbedaan mencolok dari Partai Demokrat dalam hal mengusung pasangan calon.

Jika 2008 dan 2013 mengusung Gus Ipul yang diduetkan dengan Pakde Karwo, sekaligus melawan Khofifah, namun pada 2018 justru mendukung "mantan lawannya".

Berdasarkan keterangan dari sumber internal di lingkungan Partai Demokrat, hal ini dilakukan karena Demokrat gagal mengisi nama kadernya sebagai pendamping Gus Ipul.

"Demokrat ini memiliki kepentingan di 2019 sehingga harus bersikap dan terlibat langsung di Pilkada 2018. Karena gagal menempatkan kader sebagai pendamping Gus Ipul maka mau tidak mau atau suka tidak suka harus mendukung Khofifah," ucapnya.

Poros Ketiga

Sampai penghujung tahun, atau tepat sepekan sebelum pendaftaran resmi dibuka, dua partai politik, yaitu Gerindra dan PAN sama sekali belum menentukan sikap, baik lisan maupun tulisan.

Padahal secara matematika, jika keduanya berkoalisi maka bisa mengusung pasangan calon sendiri, karena Gerindra memiliki 13 kursi di DPRD Jatim, sedangkan PAN 7 kursi. Total 20 kursi atau sama seperti yang disyaratkan oleh KPU Jatim.

Isu poros ketiga atau ramai disebut "Poros Emas" sudah bergulir beberapa minggu terakhir, bahkan nama Ketua Kadin Jatim La Nyala Mattalitti sangat berpeluang dan mengemuka.

Partai Gerindra bahkan melalui surat tertanggal 10 Desember 2017 sudah memberikan tugas kepada La Nyala untuk membangun koalisi dengan parpol lain. Namun, hingga 20 Desember atau batas waktu yang ditentukan, tugas tersebut tidak terwujud sehingga keputusan Gerindra memberikan rekomendasi otomatis gugur.

Tidak lama kemudian muncul nama Moreno Soeprapto, kader Gerindra sekaligus anggota DPR RI yang juga seorang pebalap dan selebritis.

Sama seperti La Nyala, nama tersebut mental karena partai tak segera mengumumkannya, bahkan nama Moreno justru mencuat sebagai bakal Calon Wali Kota Malang.

Peluang "head to head" Gus Ipul versus Khofifah semakin besar setelah kesempatan pasangan calon perseorangan tak ada yang meminatinya.

Tahapan penyerahan dukungan perseorangan dalam rangka Pilkada Jatim dibuka sejak 22 November hingga 26 November 2017 yang resmi ditutup tepat pukul 24.00 WIB.

"Sampai batas waktu terakhir tahapan penyerahan dukungan calon perseorangan, tak satupun pasangan yang datang menyerahkan dukungan," tutur Komisioner KPU Jatim Choirul Anam.

Sementara untuk pendaftaran bakal pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur dari partai politik dijadwalkan dibuka pada 8-10 Januari 2018.

Berapa pun dan siapa pun pasangannya, semoga Pilkada Jatim yang digelar serentak bersama 18 Pilkada di Kabupaten/Kota tepat dua pekan setelah Hari Raya Idul Fitri tahun depan berjalan lancar, aman, damai dan tanpa konflik.  (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI