Keduanya datang didampingi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDI-P Ahmad Basarah dan diterima Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Karding beserta sejumlah pengurus PKB.
Sementara itu, untuk pasangan Khofifah-Emil Dardak, keduanya menerima mandat maju dari Partai Demokrat pada 21 November 2017 di kediaman Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Kemudian, keesokan harinya, 22 November 2017, giliran Partai Golkar mengumumkan nama Khofifah-Emil dan berkoalisi dengan Demokrat.
Penyampaian dukungan resmi dilakukan di kantor DPP Golkar, Jln. Anggrek Neli, Slipi, Jakarta Barat, yang dipimpin saat itu oleh Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum DPP Golkar, Idrus Marham.
Baca Juga: Kehadiran Presiden Jokowi Diharap Kuatkan Citra Wisata Malioboro
Yang menarik, dari kontestasi Pilkada Jatim 2008, 2013 dan 2018, terdapat perbedaan mencolok dari Partai Demokrat dalam hal mengusung pasangan calon.
Jika 2008 dan 2013 mengusung Gus Ipul yang diduetkan dengan Pakde Karwo, sekaligus melawan Khofifah, namun pada 2018 justru mendukung "mantan lawannya".
Berdasarkan keterangan dari sumber internal di lingkungan Partai Demokrat, hal ini dilakukan karena Demokrat gagal mengisi nama kadernya sebagai pendamping Gus Ipul.
"Demokrat ini memiliki kepentingan di 2019 sehingga harus bersikap dan terlibat langsung di Pilkada 2018. Karena gagal menempatkan kader sebagai pendamping Gus Ipul maka mau tidak mau atau suka tidak suka harus mendukung Khofifah," ucapnya.
Poros Ketiga
Baca Juga: Cerita Pasangan Nikah Massal di Malam Pergantian Tahun
Sampai penghujung tahun, atau tepat sepekan sebelum pendaftaran resmi dibuka, dua partai politik, yaitu Gerindra dan PAN sama sekali belum menentukan sikap, baik lisan maupun tulisan.