Suara.com - Gelombang kebangkitan kaum populisme kanan religius tengah melanda banyak negara di dunia. Gerakan tersebut juga menjadi tren dalam politik di dunia sepanjang tahun 2017.
Populisme, pada umumnya, merupakan gerakan sekaligus kelompok kekuatan politik yang menggunakan kekecewaan massa terhadap keadaan ekonomi, politik, maupun sosial budaya, guna menekan rezim.
Airlangga Pribadi, Dosen Ilmu Politik Universitas Airlangga, mengatakan tren yang sama juga terjadi di Indonesia.
“Dunia sekarang mengarah ke kanan sebagaimana terjadi di Eropa dan Indonesia,” jelas Airlangga ini di Jakarta, seperti dilansir Anadolu Agency, Sabtu (30/12/2017).
Baca Juga: Diprotes Israel, NBA Hapus Palestina dari Daftar Negara
Airlangga mengatakan populisme kelompok ini muncul karena kanal politik yang tidak bisa disalurkan.
Namun, Airlangga berharap agar politik identitas bisa hadir dalam aksi-aksi yang lebih konkret.
Pasalnya, kata Airlangga, belum ada partai ideologis saat ini yang bisa memformulasikan solusi problem sosial dan ekonomi.
“Yang ada kekuatan politik identitas selalu mencari kambing hitam dari kelompok ‘asing dan aseng’,” kata doktor dari Murdoch University, Australia ini.
Baca Juga: Jelang Tahun Baru, Densus 88 Bekuk Satu PNS Diduga Teroris
Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hanafi Rais menjelaskan populisme relijius muncul karena masalah ekonomi yang belum terselesaikan.