Suara.com - Asosiasi Basket Nasional (NBA) menghilangkan "Palestina-wilayah terjajah" dari daftar negara di laman resminya, setelah dikritik Menteri Olahraga dan Kebudayaan Israel, Miri Regev.
Dalam surat yang ditujukan ke Komisioner NBA Adam Silver, Israel menyebut Palestina "negara khayalan".
Karenanya, Regeve menilai dengan memasukkannya ke dalam daftar negara, berarti NBA bertentangan dengan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Baca Juga: Jelang Tahun Baru, Densus 88 Bekuk Satu PNS Diduga Teroris
Awal bulan ini, Trump secara resmi mengakui kota yang diperebutkan tersebut sebagai ibu kota Israel. AS juga berencana memindahkan kedutaan besar di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, meskipun pada akhirnya mengundang kecaman dunia.
Kritik dari Regev muncul setelah "Palestina-wilayah terjajah" muncul di laman resmi NBA di antara daftar negara yang dapat dipilih untuk memilih pemain terbaik AS dari tim NBA guna berlaga di All-Star 2018.
"Dengan memasukkan Palestina, artinya NBA melegitimasi perpecahan negara Israel. Saya ingin menyampaikan bahwa Israel keberatan dan saya mohon untuk segera menghilangkan Palestina dari daftar negara," tegas Regev, seperti dilansir Anadolu Agency, Minggu (31/12/2017).
Regev juga mengatakan, NBA telah menyakiti Israel dan banyak penggemar NBA dari Israel.
NBA lantas merespons kritik tersebut dengan menyalahkan pihak ketiga.
Baca Juga: Menhub Budi Karya Siapkan Barikade Antisipasi Pilot 'Nyabu'
"Kami tidak membuat daftar negara dalam NBA.com, dan begitu kami menyadarinya, situs itu langsung kami benahi. Kami memohon maaf atas masalah tersebut dan kami telah memperbaikinya," kata presiden NBA untuk bidang tanggung jawab sosial, Kathy Behrens.