Klinik Berperan Perluas Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 29 Desember 2017 | 11:05 WIB
Klinik Berperan Perluas Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar [dok. pemprov Jabar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

 Untuk itu, Wagub menilai kehadiran klinik juga penting sebagai kunci utama pembangunan kesehatan dari aspek kuratif serta untuk mendukung sistem rujukan secara berjenjang, sehingga dapat mengurangi jumlah pasien ke RSUD.

 “Oleh sebab itu, hadirnya Klinik ini diharapkan tidak hanya memberikan pengobatan kepada mereka yang sakit (kuratif), tetapi juga dapat menjadi ujung tombak kampanye perilaku hidup sehat kepada masyarakat (Preventif dan Promotif),” kata Wagub.

Hal ini juga sejalan dengan upaya Pemerintah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Tujuannya untuk mengurangi kesakitan masyarakat akibat penyakit menular dan juga penyakit tidak menular.

Jumlah Fasilitas Sarana Kesehatan di Provinsi Jawa Barat yang terlaporkan kurang lebih sebanyak 33.702 Unit, termasuk di dalamnya rumah sakit sebanyak 277 unit. Namun demikian, sebaran rumah sakit di Jawa Barat masih belum merata, sehingga ada daerah yang memiliki lebih dari 30 rumah sakit, tetapi ada juga yang hanya memiliki 1 atau 2 rumah sakit.

Selain itu, Jawa Barat juga masih membutuhkan tambahan sekitar 13.334 tempat tidur, untuk memenuhi standar WHO tentang ketersedian tempat tidur pelayanan kesehatan, yaitu 1 (satu) tempat tidur dipersiapkan untuk 1.000 penduduk.

Ada beberapa indikator kesehatan yang membutuhkan perhatian ekstra dari seluruh stakeholders kesehatan di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Indramayu. Pertama, angka kematian ibu. Dalam kurun waktu tahun 2011-2016 trend kematian ibu di Jawa Barat cenderung fluktuatif, yaitu dari 850 kasus pada tahun 2011, turun menjadi 748 kasus pada tahun 2014, kemudian naik lagi menjadi 797 kasus pada tahun 2016.

Dilihat dari sebarannya, ada 7 (tujuh) Kabupaten dengan jumlah kematian ibu tertinggi dan ketujuh daerah ini berkontribusi hingga 50% terhadap angka kematian ibu di Jawa Barat. Tujuh Kabupaten dengan kasus kematian ibu tertinggi pada 2016, yaitu Garut (74 kasus), Karawang (61 kasus), Indramayu (60 kasus), Bogor (58 kasus), Sukabumi (51 kasus), Cirebon (47 kasus), dan Bandung (46 kasus).

Kedua, angka kematian bayi. Dalam kurun waktu 2011-2016 trend kematian bayi di Jawa Barat terus menurun, yaitu dari 5.142 kasus pada 2011 menjadi 3.041 kasus pada 2016. Dilihat dari sebarannya, 7 (tujuh) Kabupaten dengan jumlah kematian bayi tertinggi dan berkontribusi hingga 50% terhadap angka kematian bayi di Jawa Barat, yaitu Garut (312 kasus), Indramayu (282 kasus), Sukabumi (232 kasus), Tasikmalaya dan Cirebon (masing-masing 197 kasus), Bandung (193 kasus), dan Karawang (169 kasus).

Ketiga, perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) Provinsi Jawa Barat sudah mencapai 0,5458 poin (peringkat 10 nasional). Indramayu juga capaian IPKM-nya sudah baik, yaitu 0,5673 poin (di atas rata-rata Jawa Barat). Namun demikian, Jawa Barat masih lemah dalam aspek Perilaku Kesehatan masyarakat dengan capaian 0,3457 poin (di bawah rata-rata nasional yang sebesar 0,3652 poin). Demikian juga Kabupaten Indramayu Perilaku Kesehatan-nya sebesar 0,3304 poin (di bawah rata-rata Jawa Barat).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI