Sofian mengatakan jumlah pembinaan pelaku prostitusi yang dilakukan Kementerian Sosial meningkat dari 220 ribu orang di tahun lalu menjadi 248 ribu orang tahun ini.
“Angka ini jauh lebih sedikit dibanding realita, dan teori ECPAT Internasional jumlah anak terlibat prostitusi diperkirakan 30 persen dibanding dewasa,” ujar Sofian.
Sedang jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), meningkat 25,68 persen ketimbang tahun sebelumnya menjadi 9,25 juta sepanjang Januari-Agustus.
“Sayangnya meningkatnya jumlah wisatawan tak berbarengan dengan perlindungan maksimal terhadap anak di wilayah destinasi wisata,” ujar Sofian.
Baca Juga: Flek Coklat 7 Hari Pascahaid, Normalkah?
Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Pariwisata Oneng Setya Harini mengatakan, pemerintah menargetkan pariwisata sebagai penyumbang devisa terbesar pada 2019.
Harapan pemerintah, ujar Oneng, dengan target 20 juta wisatawan tahun 2019, pariwisata bisa menyumbang Rp240 triliun untuk negara.
Saat ini, kata Oneng, Indonesia baru menempati peringkat ke-43 soal indeks daya saing pariwisata. Targetnya Indonesia bisa mencapai posisi 30 pada 2019 mendatang.
Pariwisata, ujar Oneng, menjanjikan manfaat secara ekonomi, yaitu menambah devisa negara, pemasukan daerah, menciptakan lapangan kerja dan mensejahterakan kehidupan warga sekitar.
“Tapi pariwisata juga rentan disalahgunakan untuk kegiatan eksploitasi seksual terhadap anak,” kata Oneng.
Baca Juga: KPAI: Buku Balita Kampanye LGBT Ganggu Perkembangan Anak
Oleh karena itu Oneng menekankan pentingnya kerja sama Kementerian Pariwisata dengan berbagai lembaga terkait, seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).