"Pada tanggal 20 Oktober 2017, ratusan militer Israel memasuki wilayah Palestina di al-Esawiyah pada pukul 23.30 malam, menyerbu belasan rumah dan menahan 51 warga termasuk 26 anak-anak berusia 15 sampai 17 tahun," terang B'Tselem.
Seorang warga Palestina yang pernyataannya dikutip B'Tselem menggambarkan suasana mencekam saat militer Israel datang untuk merampas anak-anaknya.
"Jam 4 subuh, istriku bernama Jihad dan aku sendiri terbangun karena pintu rumah kami digedor. Kami melihat satu perempuan polisi dan 4 laki-laki polisi Israel berdiri di depan ruang tidur kami bersama seekor anjing pelacak," tutur saksi mata tersebut seperti dikutip B'Tselem.
Baca Juga: Sejak Era Ahok, Perjalanan Dinas Pejabat DKI Rp1,5 Juta Per Hari
"Mereka meminta anak-anak kami. Mereka meminta anak-anak kami berganti pakaian dan menggiring mereka keluar. Istriku mencoba mencegah, tapi justru menjadi sasaran polisi itu. Anakku yang pertama, kali pertama ditahan Israel pada usia 9 tahun," terangnya.
B'Tselem menyimpulkan persekusi dan penahanan anak-anak Palestina memang dilakukan secara sistematis dan terorganisasikan oleh Israel.
Kasus terbaru yang menjadi perhatian internasional adalah penangkapan Ahed al-Tamimi, bocah perempuan berusia 16 tahun yang ditangkap Israel di Nabi Saleh, dekat Ramallah.
Ahed ditangkap di rumahnya pada malam hari dan diseret ke mobil militer dan hingga kekinian masih ditahan. Ahed ditangkap karena menampar seorang militer Israel.
Baca Juga: Terungkap, Penjarahan Pakaian di Depok Kolaborasi Dua Geng Motor