Suara.com - Gelombang krisis moneter yang membuat perekonomian masyarakat Indonesia 18 tahun silam, justru mengilhami Iswanto dan Luwi, warga Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan nama unik kepada buah hati mereka: “Pintu Pemberitahuan”.
“Panggil saya Pintu,” tutur pemuda berambut lurus rapi sambil bersalaman memperkenalkan diri kepada jurnalis Harian Jogja—jaringan Suara.com, Minggu (24/12) akhir pekan lalu.
Pintu, seperti dilansi Harian Jogja, Kamis (28/12/2017), menjadi terkenal setelah foto Kartu Tanda Penduduk (KTP) miliknya diunggah dan viral di media sosial.
Baca Juga: Liverpool Bikin Van Dijk Jadi Bek Termahal Dunia, Ini Daftarnya
Diselingi dengan oboralan basa-basi, pemuda kelahiran 26 Februari 1999 ini lantas beranjak ke salah satu bangunan artistik yang terletak di sisi paling selatan.
Ia mengajak masuk ke studio lukis milik ibunya, Luwi Utami dan sekaligus studio milik keluarga yang bernuansa khas Pulau Dewata.
Entah kebetulan atau tidak, di ruangan yang dindingnya didominasi motif kotak-kotak hitam dan putih ini, anggota keluarga Pintu tengah berkumpul.
Ada ibunya Luwi dan adik perempuan Pintu bernama Calvina Azumi Putri Pratiwi, yang menyambut dengan ramah.
Luwi seolah mengetahui kedatangan ini karena nama unik putranya itu; Pintu Pemberitahuan.
Baca Juga: Reaksi Alfius saat Dipertemukan dengan Gigolo Pembunuh Istrinya
Suasana di ruangan yang penuh dengan deretan piala ini tak kaku. Luwi yang kala itu mengenakan kaus panjang hangat berwarna abu-abu mempersilakan duduk untuk berbincang-bincang dengan putra sulungnya.
“Ada yang panggil Pintu. Ada juga yang Pinto atau Pito,” tutur Pintu menyebut beberapa nama panggilannya.
Bagi pemuda berumur 18 tahun itu, nama Pintu Pemberitahuan semula seperti nama lain pada umumnya. Tak ada yang aneh dengan nama itu, hingga ia duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Teman-teman sebayanya mulai mengejek nama nyentriknya itu.
Lama-kelamaan, Pintu memberanikan diri bertanya kepada ibunya. Ingin memastikan kenapa diberi nama Pintu Pemberitahuan.
Bukannya terbawa oleh ejekan teman-teman sebayanya, setelah tahu alasannya, Pintu justru menerima penjelasan sang ibu.
Sambil duduk santai, cerita mengalir dari Pintu. Menurut penjelasan sang ibu, namanya lekat dengan sejarah perjalanan keluarganya.
Pada 1999, kedua orang tuanya Iswanto-Luwi menggelar pameran lukisan tunggal di Jakarta. Sebuah keputusan yang sangat berani. Sebab, kondisi perekonomian Indonesia saat itu nyaris lumpuh.
Harga-harga melambung tinggi. Nilai tukar rupiah merosot tajam. Daya beli masyarakat sangat rendah. Jangankan membeli barang sekunder seperti lukisan, tidak sedikit masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan primernya.
Lumpuhnya sendi-sendi perekonomian ini juga berdampak pada kehidupan kedua orang tuanya.
Dengan pendapatan pas-pasan plus masih tinggal ngontrak sebuah rumah di wilayah Kasongan, kedua orang tuanya nekat menggelar pameran tunggal untuk dapat bertahan di kondisi yang tak menentu kala itu.
Singkat cerita, tanda-tanda kenekatan kedua orang tuanya tersebut ternyata membuahkan hasil. Hari pertama pameran, sebuah lukisan karya ayahnya laku terjual sekitar Rp20 juta, lukisan yang berjudul Pintu Pemberitahuan.
Bahkan lukisan yang menggambarkan seorang joki memacu kudanya demi berjuang tersebut tak butuh waktu lama untuk dibeli kolektor, hanya 20 menit setelah pameran dibuka.
Seolah jadi pertanda, ibunya lantas berinisiatif memberikan nama Pintu Pemberitahuan kepada janin yang di kandungnya.
Tak berapa lama, sesaat setelah lukisan ayahnya terjual janin laki-laki tersebut kemudian lahir ke dunia. [Rheisnayu Cyntara/Nina Atmasari]