Suara.com - Alfius Agustinus, suami mendiang Deli Cinta Sihombing, akhirnya dipertemukan aparat Polsek Batuaji, Batam Kepulauan Riau, dengan pembunuh istrinya, Dedi Purbianto.
Dalam pertemuan di sel tahanan Polsek Batuaji, Selasa (26/12/2017) sore tersebut, Alfius tampak tak berselera besamuh dengan gigolo yang membunuh istrinya itu.
"Melihat wajahnya saja saya sudah malas," tutur Alfius kesal, seperti dilansir Batamnews—jaringan Suara.com, Rabu (27/12/2017).
Baca Juga: Truk Pikap Listrik, Target Tesla Selanjutnya
Ia mengakui masih menyimpan amarah setelah orang yang ia sayangi, ibu dari anak semata wayangnya dihabisi laki-laki tersebut.
Alfius juga mengakui tak mau bertanya-tanya kepada Dedi mengenai motif membunuh Cinta.
"Semua sudah jelas," tukasnya.
Namun, Alfius sempat mengatakan dirinya merasa senang setelah mengetahui kaki Dedi ditembak polisi karena tidak koperatif saat ditangkap, Jumat (22/12) pekan lalu.
"Senang deh lihat kakinya ditembak polisi," tuturnya.
Baca Juga: Kapolri Resmikan Fasilitas VIP di RS Polri Kramatjati
Ia mengakui, saat istrinya dibunuh Dedi, dirinya beada di Kepulauan Anambas untuk bekerja di pertambangan lepas pantai.
Alfius mengatakan, Cinta adalah sosok istri yang setia dan penyayang terhadap dirinya maupun buah hati mereka.
Karenanya, ia belum memercayai sang istri tega mengkhianati cintanya dengan menyewa jasa Dedi sebagai gigolo.
"Dia setia dan sayang sama anak," ujar Alfius.
Ia mengakui, sebagai seorang pekerja di bidang pertambangan lepas pantai (offshore), dirinya kerap meninggalkan anak dan istrinya di rumah.
Namun, Alfius tetap tak menyangka istrinya meninggal melalui cara tragis.
Ibu berusia 32 tahun itu dibunuh Dedi pada Rabu (20/12) pekan lalu. Cinta ditemukan tewas dengan tangan dan kaki terikat tali di atas ranjang kamar belakang rumahnya, Perumahan Center Raya, Tanjunguncang, Batuaji, Batam.
Cinta yang ditemukan tak memakai celana tersebut, tewas di samping bayinya. Sang bayi yang baru berusia 3 tahun masih hidup meski tampak lemas diduga sudah dua hari tak makan maupun minum.
Selang dua hari, Jumat (22/12), Dedi ditangkap di sebuah bar di sebelah Hotel Sidney Sei Panas, Batam.
Dari tangannya polisi menyita sebuah mobil, televisi. Sedangkan sebuah unit ponsel milik Cinta dijual Dedi kepada seseorang.
"Pelaku mengakui itu adalah kali kedua dia disewa oleh korban. Pada pertemuan pertama, pelaku mengakui melayani korban di sebuah hotel. Tapi bayarannya kurang," tutur Kapolsek Batuaji Komisaris Sujoko.
Merasa Dihina
Pada "kencan" pertama di sebuah hotel di Nagoya, Dedi mengakui hanya dibayar Cinta Rp200 ribu. Padahal, kesepakatannya, Cinta harus membayar Rp1,5 juta setelah Dedi mampu melayaninya.
Selanjutnya, Dedi mengakui kembali dihubungi Cinta yang ingin kembali menyewa jasanya pada Rabu dini hari. Cinta lantas menjemput Dedi di sebuah hotel.
Sesampainya di rumah, Dedi mengakui sempat melayani Cinta di atas ranjang. Setelah selesai, Dedi lantas meminta biaya jasanya itu sekaligus kekurangan uang pada kencan pertama.
"Tapi, menurut pelaku, korban malah menghinanya. Pelaku mengklaim korban mengatakan 'pakai celana saja belum," sembari melontarkan kalimat hinaan," tutur Sujoko.
Merasa terhina, Dedi mengklaim dirinya marah sehingga mencekik leher Cinta hingga tak bernafas. Setelah memastikan Cinta tewas, Dedi mengikat tangan serta kaki korban.
"Selain membunuh, dia juga mengambil sejumlah barang berharga dari rumah korban. Di antaranya mobil Toyota Rush BP 1661 GI, televisi LED merek Panasonic, dan ponsel Samsung J5," ungkap Sujoko.