Berdasarkan hukum humaniter internasional, tahanan dari wilayah pendudukan harus ditahan di wilayah yang diduduki (Gaza), bukan di wilayah kekuasaan pendudukan.
Meskipun kebanyakan tahanan politik Palestina berasal dari wilayah yang diduduki Israel, mereka ditempatkan di penjara di Israel, yang bertentangan langsung dengan hukum internasional.
Oleh karena itu, keluarga tahanan Palestina harus mengajukan izin untuk memasuki Israel dan mengunjungi mereka. Biasanya mereka pergi menumpangi bus milik Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
ICRC mengatakan bahwa mereka "sangat prihatin dengan kejadian serius ini".
Baca Juga: Ikut Pilkada Jawa Tengah? Ini Jawaban Jenderal Buwas
"Keluarga seharusnya tidak diserang atau dihina. Mereka harus bisa mengunjungi dengan cara yang bermartabat," kata juru bicara media ICRC Alyona Synenko.
"Staf kami tidak dapat mencegah insiden semacam itu. Kami hanya memfasilitasi dengan pihak berwenang, dan kami selalu meminta agar kunjungan tersebut berlangsung tanpa gangguan."
Hazan sendiri mengatakan, dia sengaja mencegat bus itu untuk mempromosikan undang-undang yang melarang warga Palestina dalam penjara Israel dikunjungi keluarga masing-masing.
Larangan itu akan diberlakukan melalui UU tersebut sampai Palestina mengembalikan sejumlah tentara Israel yang ditahan di Gaza.
"Saya ingin mengirim pesan kepada kalian semua," katanya.
Baca Juga: 9 Orang Terjebak di Lift GI, Polisi Telisik ada Kelalaian
"Teman-teman Anda di Gaza menahan saudara laki-laki kami, Hadar Goldin dan Oron Shaul dan Avera Mengistu. Jika Anda tidak menyampaikan pesan ini bahwa kami ingin anak-anak kami kembali, Anda tidak akan melihat anak laki-laki atau suami Anda atau keluarga Anda. Seperti ini di sini, Anda tidak akan melihat mereka hidup-hidup. "