Suara.com - Lebih dari 3,9 juta orang yang baru kehilangan tempat tinggal tercatat pada 2016, akibat konflik, kerusuhan dan bencana. Dengan demikian, sebanyak 12,6 juta orang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka, kata satu laporan baru.
Laporan Afrika 2017 mengenai Pengungsi di Dalam Negeri dikeluarkan pada pertengahan Desember di Markas Uni Afrika (AU) di Ibu Kota Ethiopia, Addis Ababa, selama dialog tingkat tinggi mengenai pengungsi, yang diselenggarakan oleh blok pan-Afrika tersebut dan Dewan Pengungsi Norwegia (NRC).
Sebanyak 37 dari 55 negara Afrika di seluruh wilayah itu telah terpengaruh oleh pengungsi, kata laporan tersebut --yang dikeluarkan untuk memperingati tahun ke-5 Konvensi AU bagi Perlindungan dan Bantuan Orang yang Jadi Pengungsi di Dalam Negeri Mereka (IDP) di Afrika, yang dinamakan Konvensi Kampala.
Konflik dan kerusuhan telah mengakibatkan 70 persen pengungsi baru di Afrika pada 2016, dengan jumlah 2,8 juta di seluruh 23 negara, kata laporan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Rabu pagi (27/12/2017). Ditambahkannya, benua itu telah menyaksikan 40 persen dari seluruh jumlah global pengungsian akibat konflik.
Baca Juga: Mohamed Salah Raih Pemain Terbaik Afrika 2017
Wilayah Afrika Timur terus menampung jumlah paling banyak IDP, tak kurang dari 6,8 juta dari seluruh jumlah pengungsi hingga 2016. Wilayah tersebut memiliki jumlah gabungan paling banyak selama tujuh dari delapan tahun terakhir. Peristiwa itu disebabkan oleh konflik yang berkepanjangan di Somalia, Sudan Selatan dan Sudan.
Pengungsian akibat konflik di Afrika Tengah meningkat dengan jumlah banyak, dengan lebih dari 1,3 juta pengungsi baru antara Januari dan Juni 2017, wilayah tersebut bisa menggeser Afrika Timur sebagai wilayah yang paling parah dilanda konflik baik dalam hal pengungsi baru maupun IDP lama.
Laporan itu juga menyatakan pengungsian menjungkir-balikkan prestasi pembangunan dan memiliki dampak sangat besar pada pencapaian sasaran masa depan di banyak wilayah dan negara Afrika.
Laporan tersebut menyerukan pengesahan dan pelaksanaan penuh Konvensi Kampala, dan menekankan perlunya memiliki data dan bukti yang lebih baik mengenai reaksi yang lebih tepat bagi masalah itu.
Laporan itu juga menyerukan diberikannya itikad politik di seluruh Afrika untuk menangani secara menyeluruh krisis pengungsi di benua tersebut. (Antara)