Suara.com - Sontak, muncul cuitan dari Pemimpin Redaksi Topskor M. Yusuf Kurniawan. Di akun Twitter @Yusufk09, dia menyampaikan kalau salah satu jurnalisnya, Zulfikar Akbar, melalui akun @zoelfick sudah mengumumkan diberhentikan dari ruang redaksi.
"Setiap perbuatan ada pertanggungjawabannya. @zoelfick sudah umumkan sendiri vonis redaksi terhadap dirinya di akun pribadinya. Sejak saat ini kami TopSkor tidak ada kaitan lagi dengan @zoelfick. Wassalam," tulis Yusuf pada Selasa (26/12/2017).
Zulfikar diberhentikan gara-gara mengomentari masalah Ustadz Abdul Somad. Redaksi tak tahan setelah cuitan Zulfikar membuat gusar pendukung Abdul Somad. Apalagi belakangan muncul isu akan ada massa yang menggeruduk redaksi.
Capture pernyataan Yusuf beserta latar belakang kasusnya -- dari cuitan Zulfikar -- beredar ke beberapa grup percakapan jurnalis. Peristiwa ini menjadi perbincangan hangat di komunitas wartawan.
Tak hanya di kalangan jurnalis, pro kontra atas nasib Zulfikar yang divonis redaksi pun muncul di lini massa. Simpati kepada Zufikar di Twitter, antara lain disampaikan akun @PartaiSocmed. Dia mengkritik kebijakan redaksi Topskor terhadap Zulfikar. Dia kecewa. Menurutnya apa yang dilakukan Zulfikar merupakan bagian dari kebebasan berpendapat. Seharusnya redaksi tak memberhentikannya. Akun ini sampai mention ke Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri.
"Kebijakan redaksi TopSkor yang memberhentikan wartawannya @zoelfick karena menyampaikan kebebasan berpendapat lewat akun pribadinya merupakan preseden buruk bagi demokrasi kita. Redaksi TopSkor harus malu dengan kebijakan yang semena-mena ini @Yusufk09. Cc Menaker @hanifdhakiri," tulis akun @PartaiSocmed.
Pemilik akun @Takviri ikut mengkritik Yusuf. Dia tidak mengerti kenapa redaksi memberhentikan Zulfikar, padahal tindakan Zulfikar tidak ada kaitan dengan pemberitaan.
"Di twit anda sblmnya (yang sudah dihapus) anda mengatakan bahwa twit @zoelfick murni adalah pertanggungjawaban pribadinya (tidak mewakili company), lalu company berhak memberikan sanksi / vonis atas opini pribadi yg tdk ada kaitan dgn pemberitaan/content TopSkor?" tulis @Takviri.
Tetapi, sebagian netizen dapat memahami kekhawatiran redaksi sehingga terpaksa mengambil kebijakan itu. Daripada berurusan dengan massa yang marah.
Kasusnya berawal dari sini
Baru saja keluar dari dalam pesawat di Bandara Internasional Hongkong, Ustadz Abdul Somad langsung didatangi sejumlah petugas. Waktu itu, dia tengah bersama Dayat dan Nawir.
"Keluar dari pintu pesawat, beberapa orang tidak berseragam langsung menghadang kami dan menarik kami secara terpisah; saya, saudara Dayat dan saudara Nawir," tulis ustadz kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatera Utara, melalui akun IG, Minggu (24/12/2017).
Menurut keterangan Abdul Somad dalam IG yang dia beri judul: klarifikasi tentang kunjungan ke Hongkong -- setelah dibawa ke salah satu tempat di dalam bandara, Somad diperiksa secara detail oleh petugas itu.
"Mereka meminta saya buka dompet. Membuka semua kartu-kartu yang ada. Diantara yang lama mereka tanya adalah kartu nama Rabithah Alawiyah (Ikatan Habaib)," tulis Abdul Somad.
Kepada petugas, Abdul Somad menjelaskan secara terperinci mengenai maksud kedatangannya serta profilnya.
"Di sana saya menduga mereka tertelan isu terorisme. Karena ada logo bintang dan tulisan Arab," tulis Abdul Somad.
"Mereka tanya-tanya identitas, pekerjaan, pendidikan, keterkaitan dengan ormas dan politik. Saya jelaskan bahwa saya murni pendidik, intelektual muslim lengkap dengan latar belakang pendidikan saya."
Pemeriksaan yang kurang mengenakkan bagi Abdul Somad berlangsung selama sekitar 30 menit. Hasilnya sangat mengecewakan bagi dia.
"Mereka jelaskan bahwa negara mereka tidak dapat menerima saya. Itu saja. Tanpa alasan. Mereka langsung mengantar saya ke pesawat yang sama untuk keberangkatan pukul 16.00 WIB ke Jakarta," tulis Abdul Somad.
Abdul Somad berusaha tetap mengambil hikmah dari pengalaman itu.
"Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Qaddarallah, ada hikmah di balik itu semua. Kepada sahabat-sahabat panitia jangan pernah berhenti menebar kebaikan di jalan da'wah," tulis dia.
Dia juga meminta maaf kepada para tenaga kerja Indonesia di Hongkong karena gagal mengikuti acara.
Banyak komentar
Apa yang dialami Abdul Somad mendapat beragam tanggapan dari warganet. Ada yang bersimpati, ada pula yang mengkritisinya.
Mereka yang bersimpati berharap kepada Abdul Somad senantiasa bersemangat. Tetap melanjutkan dakwah. Mendoakan agar Allah tetap bersama Abdul Somad.
Sampai kemudian muncul cuitan jurnalis Topskor itu pada 24 Desember 2017. Sebenarnya dia tidak secara rinci menyebut Abdul Somad. Tetapi, pendukung Abdul Somad langsung mengaitkannya.
"Ada pemuka agama rusuh ditolak di Hong Kong, alih2 berkaca justru menyalahkan negara orang. Jika Anda bertamu dan pemilik rumah menolak, itu hak yang punya rumah. Tidak perlu teriak di mana2 bahwa Anda ditolak. Sepanjang Anda diyakini mmg baik, penolakan itu takkan terjadi," demikian tulisan @zoelfick.
Cuitan itu viral dengan cepat. Ada Reply 355, retweet 903, like 751. Tak semua netizen marah dengan komentar Zulfikar. Ada yang mendukungnya. Bahkan, ada yang merasa terwakili.
Wartawan Suara.com segera menghubungi Zulfikar untuk minta penjelasan mengenai duduk perkara cuitannya. Lewat Whatsapp, dia menekankan kalau sebenarnya punya niat yang baik. Berawal dari kegelisahan yang dia rasakan.
"Ya, munculnya tweet itu awalnya memang karena kegelisahan pribadi jika kasus penolakan Ustadz Somad di Hongkong itu bisa jadi pintu masuk atas ancaman bagi minoritas di dalam negeri. Sebab kita tahu, selama ini sentimen anticina begitu berkembang," kata Zulfikar kepada Suara.com.
"Jadilah muncul kalimat saya yang memang tertulis dalam kondisi emosi. Isinya seperti yang beredar itu. Karena saya pikir hal itu tidak perlu dibesar-besarkan sampai kemana-mana. Karena melihat ini bisa berisiko besar bagi etnis Tionghoa di Indonesia. Ternyata kritik saya yang dibalut emosi itu mungkin terasa terlalu tajam bagi mereka walaupun saya sudah berusaha juga menggunakan bahasa yang tetap elegan, walaupun keras," katanya.
Waktu itu, setelah Zulfikar menyampaikan uneg-uneg di Twitter, situasi biasa-biasa saja. Tetapi, mendadak jadi runyam setelah muncul aksi dengan hastag #BoikotTopSkor.
Linimasa heboh. Dengan memakai hastag itu, sebagian pendukung dan simpatisan Abdul Somad mengecam Zulfikar. Mereka menilai jurnalis ini sudah tendensius dan ingin menjatuhkan Abdul Somad.
Otomatis, nama redaksi Topskor pun kecipratan karena disebut-sebut para pendukung Abdul Somad terus. Agaknya inilah yang membuat redaksi tempat Zulfikar bekerja, serius menanggapi.
Akun @joni_nih, misalnya. Dia sampai menyebut Zulfikar penista Abdul Somad. Walaupun Zulfikar sebenarnya tidak punya niat buruk dengan cuitannya.
Sempat terjadi perdebatan antara Zulfikar dengan netizen.
Tetapi akhirnya jalan damai ditempuh Zulfikar. Dia minta maaf sekaligus mengklarifikasi cuitan.
"Kpd teman2 muslim yg merasa tersinggung krn kritikan sy atas @ustabdulsomad saya ingin sampaikan permintaan maaf dan klarifikasi sekaligus," tulis @zoelfick.
Dia menjelaskan kalau permintaan maafnya disampaikan bukan karena tekanan, melainkan karena kesadaran. Dia merasa kritikannya terlalu keras sehingga melukai pendukung Abdul Somad.
Zufikar menjelaskan selama ini dia melemparkan kritikan bukan didasari sikap permusuhan, melainkan sebagai sikap kritis atas fenomena sosial. "Lalu kenapa saya melemparkan kritikan begitu, tak lain sebagai upaya saya saling mengingatkan dengan cara saya, "watashaubil haq, watawa shaubil haq," tulis Zulfikar.
"Mudah2an permohonan maaf saya dapat diterima, seperti saya juga sudah menerima sanksi terberat dalam karier saya. Mdh2an tak ada dendam di antara kita. Hormat saya untuk semua. Subhanallah wabihamdihi subhanakallahumma wabihamdika. Astaghfiruka waatuubu ilaik."
Zulfikar juga mengungkapkan kalau dia sudah diberhentikan dari redaksi atas dampak cuitannya. Dia mengaku sudah menerimanya.
"Sekali lagi saya mohon maaf bagi teman2 yang masih tersinggung. Janji saya, tidak akan mengulangi hal-hal yang mengusik teman. Sebuah desakan dr teman2 muslim yg tersinggung sudah disikapi pihak redaksi. Keputusan mereka; saya di-cut sbg sanksi yang saya terima dgn lapang dada."
Setelah ini, Zulfikar berharap situasi yang tadinya panas, jadi sejuk.
Rekan-rekan Zulfikar di grup percakapan Whatsapp mendoakan agar Zulfikar tetap tenang. Soalnya mereka mendengar ada informasi kalau Zulfikar akan didatangi massa. Begitu juga dengan redaksinya.