Nelayan Aceh yang Pantang Melaut Setiap Tanggal 26 Desember

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 26 Desember 2017 | 15:05 WIB
Nelayan Aceh yang Pantang Melaut Setiap Tanggal 26 Desember
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Alhamdulillah, Tuhan masih menyelamatkan saya, beberapa saat setelah gempa, kami bersama tokoh masyarakat sempat yasinan di pantai, saya melihat air laut surut hingga satu kilometer, kami mulai ketakutan dan akhirnya berlarian,"jelasnya.

Hanya satu orang yang berinisiatif menaiki lantai atas Masjid Baitul Atiq, dan yang bersangkutan hingga kini masih hidup menjadi saksi sejarah. Bangunan masjid tersebut hingga kini belum di perbaiki dan tetap menjadi saksi sejarah tsunami 2004.

Di lokasi masjid tersebut juga telah dibangun satu monumen sejarah "Kulah Air dan Jam Dinding" bertuliskan pukul 08.30 WIB serta 376 nama-nama korban tsunami yang sudah pasti karena masih banyak keluarga yang luput dari pendataan.

"Desa kami ini adalah kampung nelayan, kami sekarang sudah direlokasikan di Blang Beurandang, tapi desa ini adalah tanah kelahiran yang tidak bisa kami lupakan,"katanya menambahkan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Pasrahkan soal Cawagubnya ke Parpol Pengusung

Peringatan 13 tahun gempa tsunami di Kabupaten Aceh Barat dipusatkan dengan kegiatan zikir dan doa bersama serta penyantunan anak yatim di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh, dengan tamu undangan 3.500 orang, berlangsung sejak pukul 09.00 WIB.

Selama kegiatan berlangsung, nelayan pantang melaut atau tidak dibolehkan melaut, pertokoan tutup dan masyarakat serta perkantoran menaikkan bendera merah putih setengah tiang sejak 25-27 Desember 2017.

Gempa bumi disusul gelombang tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 meluluhlantakkan desa tersebut, semua bangunan disapu gelombang dengan total korban penduduk desa terdata 376 jiwa, tidak banyak yang selamat karena keberadaan mereka ditepi pantai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI