Suara.com - Ratusan umat Kristiani di Kampung Tugu dengan khikmat melakukan ibadah malam Natal di Gereja Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Minggu (24/12/2017). Tepat pukul 23 WIB, mereka melakukan tradisi yang sudah diwariskan nenek moyang. Ziarah atau nyekar ke pemakaman yang berada tepat di belakang gereja tua.
Ziarah dilakukan untuk mendoakan serta mengenang leluhur. Beberapa keturunan Portugis yang tinggal di Kampung Tugu memiliki tujuh fam atau nama keluarga. Quicho, Abrahams, Michiels, Cornelis, Andries, dan Simons.
Pengurus sekaligus warga keturunan asli Kampung Tugu Johan Sopaheluwakan mengatakan malam Natal tahun ini tidak seperti malam Natal sebelumnya. Kali ini lebih sepi.
"Tahun sebelumnya warga ramai melalukan ziarah disini. Menyalakan lilin, berdoa lalu berkumpul ditengah makam ini hingga menjelang pagi," kata Johan.
Hal tersebut mungkin terjadi karena sebagian warga merayakannya di luar kota bersama keluarga masing-masing. Mereka lebih dulu melakukan ziarah sebelum berangkat ke tujuan.
"Dulu selain nyalakan lilin sempat ada tradisi menyalakan obor dan berkeliling kampung. Itu dilakukan anak-anak sekitar. Ramai dan semarak," kata Johan.
"Ada juga pertunjukan keroncong yang mengiringi acara ibadah malam natal. Tapi keroncong tersebut tidak dilakukan lagi sejak beberapa tahun lalu. Ya, tahun ini semakin sepi, usai melakukan ziarah, keluarga langsung memilih pulang," Johan menambahkan.
Perayaan di Kampung Tugu rencananya kembali diselenggarakan pada tanggal 1 dan 7 Januari 2018 mendatang.
Pada tanggal tersebut, masyarakat akan menyelenggarakan mande-mande dan rabo-rabo.
Pada rabo-rabo, masyarakat berkumpul dan berbaur dengan rasa suka cita. Disana akan diiringi musik keroncong khas Tugu.
Rabo-rabo berasal dari kata Portugis yang artinya mengular. "Rabo-rabo dimulai setelah melakukan acara digereja. Kemudian, berkumpul disatu tempat sambil bermaaf-maafan," kata Johan.
Sedang mande-mande adalah acara puncak dari rangkaian acara Kampung Tugu. Acara tersebut dilaksanakan usai Natal dan rabo-rabo. Rangkaian acaranya, masyarakat akan berkumpul di kediaman masing-masing, lalu mencorat-coret muka dengan bedak atau bubuk putih. Itu diistilahkan dosa mereka akan terhapus seiring bedak yang mereka bersihkan di muka nanti. (Lili Handayani)