Dipermalukan di PBB, Runtuhnya Predikat 'AS Negara Super Power'

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 23 Desember 2017 | 11:40 WIB
Dipermalukan di PBB, Runtuhnya Predikat 'AS Negara Super Power'
Duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengangkat tangan untuk menolak resolusi DK PBB yang diajukan Mesir terkait status Yerusalem pada Senin (18/12) di Markas PBB di New York. [AFP/Kena Betancur]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Diplomat AS Dikecam

Dipomat AS untuk PBB, Nikky Haley, turut menjadi target kecaman karena sejumlah pernyataannya sebelum dan sesudah sidang umum PBB tersebut.

Sebelum voting, Haley sempat mengunggah tulisan ke akun pribadinya di Twitter, yang dianggap banyak pihak sebagai ancaman.

"AS akan mencatat nama-nama," tulis Haley. Nama-nama yang dimaksud ialah negara-negara yang dianggap melawan  AS.

Baca Juga: Tiga Tahun Diculik ISIS di Irak, Bocah Turki Bisa Diselamatkan

Setelah sidang, Haley memberikan pernyataan kepada media massa berisi kekecewaannya terhadp hasil voting.

"Saya sering bertanya-tanya mengapa, dalam menghadapi permusuhan seperti itu, Israel telah memilih untuk tetap menjadi anggota PBB. Hari ini merupakan jawabannya, bahwa Israel memilih tetap menjadi anggota PBB karena penting untuk membela diri sendiri," tukas Haley, seperti dilansir Freebeacon.com.

Haley lantas menilai PBB tidak menghormati AS karena "menyerang" keputusan negeri 'Paklik Sam' itu mengenai Yerusalem.

"Kami akan jujur kepada kalian. Ketika kami berkontribusi secara baik untuk PBB, ekspektasi kami tentunya ada pengormatan," klaimnya.

Haley berpendapat, AS kekinian tidak dihormati meski sudah banyak memberikan dana untuk PBB. Karenanya, ia mengancam bakal memotong dana bantuan untuk organisasi tersebut.

Baca Juga: Palestina di Seberang Terlihat, Papua di Pelupuk Tak Tampak

"Kami memiliki kewajiban untuk mengakui kapan modal politik dan keuangan kami habis digunakan. Kami memiliki kewajiban untuk menuntut lebih banyak dari investasi kami, jika investasi kami gagal. Kami berkewajiban menghabiskan sumber daya kami dengan cara yang lebih produktif," ancamnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI