Arab Saudi Mengakui Tak Bisa Jadi Mediator Israel-Palestina

Reza Gunadha Suara.Com
Kamis, 21 Desember 2017 | 09:31 WIB
Arab Saudi Mengakui Tak Bisa Jadi Mediator Israel-Palestina
Warga Pakistan berdemo menentang keputusan Pemerintah AS mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota dari Israel, Kamis (14/12/2017). [AFP/Arif Ali]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Arab Saudi menegaskan pihaknya menyambut baik tawaran menjadi mediator perdamaian Israel dan Palestina menggantikan Amerika Serikat (AS).

Namun, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah al Shuabi mengakui, hal tersebut sulit terwujud.

Ia beralasan, Arab Saudi tak memunyai hubungan diplomatik dengan Israel sehingga tak bisa menjadi mediator perdamaian.

“Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, maka mustahil kami menjadi penengah,” ujar Osama kepada Anadolu Agency, Rabu (21/12/2017).

Baca Juga: Gubernur Jabar: Penanganan Bencana Cukup Baik

Osama juga membantah kabar negaranya menawarkan Abu Dis sebagai ibu kota Palestina karena bertentangan dengan kebijakan Saudi

“Sejak zaman Raja Faisal, Raja Fahd, Raja Abdullah hingga Raja Salman, sikap Saudi tetap sama yakni Yerusalem adalah ibu kota Palestina,” kata Osama.

Osama menegaskan, negaranya bersama dunia Arab menolak keputusan AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

“Negara-Negara Arab mendukung hak-hak Palestina dan mengharapkan AS menaati keputusan PBB bahawa Yerusalem adalah ibu kota Palestina,” jelas Osama.

Sebelumnya, Palestina mengatakan AS sudah tidak bisa lagi diharapkan menjadi penengah karena telah berpihak kepada Israel.

Baca Juga: Hengky Kurniawan Tunda Liburan ke Jepang demi Anak Christy Jusung

Kini, negeri yang diduduki Israel tersebut sedang mencari negara alternatif untuk menjadi mediator perdamaian.

Konflik Israel-Palestina kembali memanas setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendeklarasikan pengakuan terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Padahal, Palestina bercita-cita menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya kelak setelah mendapat pengakuan de jure dan de facto dalam kedaulatannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI