Kelompok Houthi Tembakkan Rudal ke Istana Raja Saudi

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 20 Desember 2017 | 05:15 WIB
Kelompok Houthi Tembakkan Rudal ke Istana Raja Saudi
Pejuang Houthi meneriakkan slogan saat berada di Sanaa untuk memerangi pasukan pro-pemerintah several di beberapa kota di Yaman, pada 3 Januari 2017. [APF]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelompok Houthi di Yaman menembakan sebuah peluru kendali yang menyasar istana Raja Salman di Riyadh, Arab Saudi pada Selasa (19/12/2017). Rudal itu, yang berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Saudi, ditembakkan bertepatan dengan peringatan 1000 hari berlangsungnya perang saudara di Yaman.

Serangan itu merupakan serangan rudal ketiga Houthi terhadap Saudi selama sebulan terakhir. Ketiganya selalu berhasil dicegat oleh militer Saudi sebelum mengenai sasaran.

Kelompok Houthi, demikian diwartakan Reuters, mengaku bahwa rudal itu menyasar istana kerajaan di al-Yamama. Ketika rudal ditembakkan, di kompleks itu sedang berlangsung sebuah pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah pemimpin Saudi.

Sementara Saudi mengatakan bahwa rudal itu ditembakkan Houthi ke wilayah pemukiman warga sipil. Tak ada laporan korban jiwa atau kerusakan akibat serangan itu.

Pemerintah Saudi, seperti dilaporkan kantor berita SPA, kembali menuding Iran sebagai pihak yang telah menyediakan rudal bagi sekutunya, Houthi. Saudi menuding Iran menyelundupkan senjata tersebut melalui titik bantuan kemanusiaan di Yaman.

"Pasukan koalisi memastikan telah mencegat sebuah rudal Houthi buatan Iran yang menyasar kawasan selatan Riyadh," tulis pemerintah Saudi dalam akun Twitter resminya.

Menurut The Guardian, serangan rudal itu diduga sebagai balasan terhadap gelombang serangan udara Saudi ke Yaman yang sejak 6 Desember lalu sudah menelan ratusan korban jiwa, termasuk di antaranya 136 warga sipil.

"Kami sangat prihatin atas meningkatnya jumlah korban sipil di Yaman sebagai akibat dari semakin gencarnya serangan udara... koalisi, menyusul kematian mantan presiden Ali Abdullah Saleh di Sana'a pada 4 Desember lalu," kata juru bicara PBB untuk urusan hak asasi manusia, Rupert Colville.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI